Kembali ke Milan. Begitulah kesimpulan sederhana, dari hasil undian babak perdelapan final Liga Champions yang didapat Liverpool, Senin (13/12) lalu.
Pada prosesnya, undian ini diulang oleh UEFA, karena ada kesalahan teknis. Alhasil, Inter Milan yang tadinya terundi bersua Ajax Amsterdam dan Liverpool yang awalnya terundi bertemu RB Salzburg harus saling berhadapan.
Dari segi gaya main kedua tim, partai ini berpotensi menjadi satu partai menarik. Kedua tim sama-sama punya materi pemain berkualitas, fans fanatik, dan dilatih oleh pelatih jempolan.
Dari sejarahnya, Si  Merah dan Si Ular memang pernah berjumpa di Eropa. Masalahnya catatan ini menjadi kurang relevan, karena mereka terakhir berjumpa di musim 2007/2008, juga di babak perdelapan final Liga Champions.
Inter yang kala itu diperkuat pemain macam Javier Zanetti dan Zlatan Ibrahimovic memang sedang dominan di Italia di bawah arahan Roberto Mancini. Masalahnya Liverpool juga tak kalah set.
Dilatih Rafa Benitez, dan dimotori oleh duet Steven Gerrard-Fernando Torres The Kop mampu menang 1-0 di Giuseppe Meazza dan 2-0 di Anfield. Hasil ini membuat I Nerazzurri lalu mengganti Roberto Mancini dengan Jose Mourinho di musim berikutnya.
Liverpool sendiri lalu melaju ke babak semifinal, dan mengalami naik-turun seperti halnya Inter, sebelum akhirnya mereka saling bertemu lagi pada bulan Februari dan Maret 2022 mendatang.
Kembali ke masa kini. Lamanya jarak pertemuan terakhir dan antara wakil Italia dan Inggris membuat kedua tim berada dalam posisi setara.
Jika ada tim yang sudah punya keuntungan lebih awal, keuntungan itu menjadi amunisi buat Liverpool. Maklum, tim asuhan Juergen Klopp sudah pernah bermain di San Siro saat mengalahkan AC Milan 2-1 di fase grup.
Jadi, Liverpool setidaknya sudah punya pengalaman bermain di kota Milan pada leg pertama. Selebihnya, kedua tim masih akan meraba-raba, sambil menyiapkan taktik kejutan.
Oke, Liverpool dengan Mohamed Salah dan Sadio Mane sebagai motor serangan memang sedang tajam. Tapi Si Biru-Hitam juga tak bisa diremehkan.
Jangan lupa, The Kop kerap kesulitan tiap menghadapi tim dengan formasi andalan tiga bek tengah seperti Inter.
Meski harus menjual Romelu Lukaku karena krisis keuangan di musim panas, tim asuhan Simone Inzaghi mampu menemukan pengganti sepadan dalam diri Edin Dzeko. Sebelumnya, sang juara bertahan Liga Italia ditinggal pergi Antonio Conte, tak lama setelah meraih Scudetto.
Didatangkan secara gratis, pemain Bosnia Herzegovina itu mampu menjadi tandem sepadan bagi Lautaro Martinez. Di area teknik, adik Filippo Inzaghi terbukti mampu membantu klub tampil konsisten. Terbukti, mereka mampu kembali bersaing di pacuan gelar juara liga.
Di tengah, rival sekota AC Milan masih dimotori Marcelo Brozovic dan Ivan Perisic, yang kreativitasnya akan menjadi lawan sepadan Thiago Alcantara di lini tengah. Di belakang, Stevan De Vrij akan adu kemampuan, seperti halnya Handanovic dan Alisson di bawah mistar.
Melihat situasinya, pertemuan pertama dalam 14 tahun ini mungkin akan terkesan hati-hati di awal, tapi akan sangat ketat, karena ada pertarungan strategi antara dua pelatih jempolan, adu tajam di lini depan, adu kreativitas lini tengah, dan adu tangguh lini belakang.
Satu pertemuan yang menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H