Di sini, komunikasinya cukup intens, sebelum akhirnya mereka tiba-tiba menghilang selama dua pekan. Akhirnya, saya memberanikan diri untuk gantian "mengejar" mereka, dengan menginformasikan seputar kemungkinan PPKM Level 3 pada akhir tahun (yang belakangan batal).
Jelas, meski sebenarnya siap, saya tetap harus mengantisipasi sendiri setiap kemungkinan. Jadi, komunikasi merupakan satu keharusan, sebagai langkah persiapan, karena mereka tidak bertanggung jawab sampai ke sana.
Rupanya, strategi "gegenpressing" ini sukses. Hanya sekitar seminggu setelah kembali berkontak, keputusan akhir itu datang. Meski hasilnya gagal, kabar ini sangat melegakan. Tak ada lagi situasi kena ghosting atau digantung seperti sebelumnya.
Di sini, saya sangat mengapresiasi kejujuran mereka, meski harus agak dikejar. Bukan apa-apa, mereka sudah menunjukkan kesan serius, dengan meminta berkas penting seperti softcopy ijazah dan surat keterangan disabilitas dari dokter di rumah sakit umum pusat (untuk yang disebut kedua, biayanya cukup mahal bagi saya, dan agak repot karena harus diurus sendiri).
Jadi, saya hanya berusaha mengimbangi keseriusan itu. Kalau mereka mendadak berubah, maka saya perlu mengingatkan. Pertanyaannya simpel: Di mana keseriusan mereka tempo hari?
Saya memang mengapresiasi keberadaan platform lowongan kerja bagi penyandang disabilitas, walaupun kesempatan untuk bekerja tetap di sini langkanya masih setengah mati.
Mereka memang punya niat baik, walaupun belum sepenuhnya mampu melawan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di dunia kerja Indonesia. Tapi, akan jauh lebih baik lagi, kalau mereka bisa lebih terbuka, dan mau terus berkomunikasi dengan intens sampai akhir, apapun hasilnya.
Ini sangat penting, karena bisa membuat si penyandang disabilitas merasa lebih dimanusiakan, karena tak diperlakukan dengan mode "tabrak lari". Jika sejak awal terbuka, apapun hasilnya tak masalah, sepanjang itu jujur.
Jangankan kabar baik, sebuah kabar buruk pun akan terasa melegakan, karena ada kepastian di dalamnya. Jujur soal kepastian, sekalipun itu bukan kabar baik, selalu jauh lebih baik, daripada menebar ketidakpastian.
Itulah mengapa, sebuah kabar kadang terasa sangat berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H