Dalam sepak bola, jabatan pelatih sementara biasanya dipegang seseorang dalam waktu singkat. Setidaknya, sampai ada pelatih definitif yang direkrut, atau musim kompetisi berakhir.
Dalam kasus tertentu, ada pelatih ad interim yang awalnya menampilkan kinerja bagus di awal. Alhasil, klub lalu mempermanenkannya sebagai pelatih.
Sayangnya, setelah menjadi pelatih tetap, kinerja sang pelatih justru melempem, sebelum akhirnya dipecat. Di Liga Inggris, kasus ini antara lain terjadi pada Craig Shakespeare (Leicester City, 2017) dan yang paling gres Ole Gunnar Solskjaer (Manchester United 2018-2021).
Berangkat dari situlah, tak banyak orang memegang jabatan "caretaker" ini lebih dari sekali, apalagi di klub besar. Tapi, kasus unik pernah terjadi di Barcelona. Barcelona pernah punya sosok "spesialis caretaker" dalam diri Charles Rexach.
Sejak masih jadi pemain, sosok kelahiran tahun 1947 ini memang sudah lekat dengan Barcelona. Sejak masuk akademi klub di tahun 1959, ia tak pernah pindah klub, kecuali saat dipinjamkan ke CD Condal (1965-1967), klub lokal kota Barcelona yang bubar pada tahun 1970, dan menjadi Tim Barcelona B setelah merger dengan Athletic Catalunya.
Sepanjang karirnya, mantan pemain sayap ini bermain di Barcelona antara tahun 1965-1981, dan sempat menjadi top skorer La Liga Spanyol musim 1970-1971, berkat 17 gol yang dicetaknya.
Anggota skuad Timnas Spanyol di Piala Dunia 1978 ini juga sempat meraih sepasang trofi Piala Fairs dan satu trofi Piala Winner, atau setara dengan Liga Europa sekarang. Bersama Timnas Spanyol, sosok yang akrab disapa Carly ini tampil 15 kali dan mencetak dua gol.
Di Barcelona, Rexach sempat bermain bersama Johan Cruyff antara tahun 1973-1978. Keduanya bahu-membahu membawa Blaugrana meraih satu trofi La Liga Spanyol dan satu trofi Copa Del Rey.
Pertanyaannya, kapan kiprah unik Rexach sebagai "langganan pelatih interim" berlangsung?
Kala itu, meski sukses mengantarkan The Catalans juara Copa Del Rey, pelatih berjuluk El Sabio (Si Bijak) ini mundur karena menderita depresi. Terlepas dari itu, performa klub di liga juga jauh panggang dari api, karena finis di posisi keenam.