Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Itu Rambu Solo'?

11 November 2021   13:52 Diperbarui: 11 November 2021   14:05 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dikenal sebagai negara multietnis yang unik, karena setiap suku punya tradisi khas masing-masing, dalam merayakan setiap fase kehidupan, mulai dari kelahiran sampai kematian. Salah satu tradisi unik tersebut antara lain dimiliki Suku Toraja di pulau Sulawesi bagian selatan. Ya, selain rumah adat Tongkonan dan seni kerajinannya, Suku Toraja dikenal punya tradisi upacara pemakaman yang unik.

Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman (Rambu Solo') sendiri merupakan ritual paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal.

Menurut adat istiadat setempat, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar Upacara pemakaman skala besar. Upacara pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.

Acara ini biasa diadakan sebuah padang rumput yang luas. Di sini, Rante, yakni sebuah tempat prosesi pemakaman disiapkan. Selain sebagai tempat menampung pelayat yang hadir, Rante juga berfungsi sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan.

Selama prosesi pemakaman berlangsung, iringan musik suling, syair, lagu, puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi dukacita yang biasa ditampilkan dalam adat Suku Toraja. Hanya saja, semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak atau rakyat jelata.

Secara khusus, tarian ditampilkan untuk menunjukkan rasa dukacita, dan untuk menghormati sekaligus menyemangati arwah almarhum karena akan memulai perjalanan panjang menuju alam baka.

Pertama-tama, sekelompok pria membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu sepanjang malam untuk menghormati almarhum (disebut juga ritual Ma'badong). Ritual ini merupakan komponen terpenting upacara pemakaman.

Pada hari kedua pemakaman, tarian prajurit Ma'randing ditampilkan untuk memuji keberanian almarhum semasa hidupnya. Beberapa orang pria melakukan tarian dengan pedang, perisai besar dari kulit kerbau, helm tanduk kerbau, dan berbagai ornamen lainnya.

Tarian Ma'randing mengawali prosesi ketika jenazah dibawa dari lumbung padi menuju rante, tempat upacara pemakaman. Selama upacara, para perempuan dewasa melakukan tarian Ma'katia sambil bernyanyi dan mengenakan kostum baju berbulu.

Tarian Ma'akatia bertujuan untuk mengingatkan hadirin pada kemurahan hati dan kesetiaan almarhum. Setelah penyembelihan kerbau dan babi, sekelompok anak lelaki dan perempuan bertepuk tangan sambil melakukan tarian ceria yang disebut Ma'dondan.

Upacara pemakaman ini kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian almarhum, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman.

Suku Toraja meyakini, kematian bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, tapi merupakan sebuah proses perjalanan menuju Puya (alam baka), yang diawali dengan masa penantian. Dalam masa penantian itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah rumah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.

Bagian lain dari pemakaman adalah ritual penyembelihan kerbau (Mantunu). Kerbau merupakan hewan yang dikeramatkan dalam adat Suku Toraja, seperti halnya tokek di Lombok atau sapi di Bali.

Kerbau Toraja (Sumber Gambar: Kompas.com)
Kerbau Toraja (Sumber Gambar: Kompas.com)

Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, lalu dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam "masa tertidur".

Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan ekor kerbau dan ratusan ekor babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.

Kompleks pemakaman khas Toraja (Sumber gambar: Kompas.com)
Kompleks pemakaman khas Toraja (Sumber gambar: Kompas.com)

Dalam adat Suku Toraja, terdapat tiga cara pemakaman jenazah; Peti mati dapat disimpan di dalam gua, di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya atau golongan bangsawan kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan.

Di beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar. Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Dalam perjalanannya, karena prosesnya yang unik dan gayanya yang khas,kompleks pemakaman khas Toraja ini mulai berkembang menjadi daya tarik pariwisata Tana Toraja.

Referensi:

- Jane C. Wellenkamp (1988). "Notions of Grief and Catharsis among the Toraja". American Ethnologist. 15 (3): 486--500.

- Hollan, Douglas (1995). "To the Afterworld and Back: Mourning and Dreams of the Dead among the Toraja". Ethos. 23 (4): 424--436.

- Yamashita, Shinji (1994). "Manipulating Ethnic Tradition: The Funeral Ceremony, Tourism, and Television among the Toraja of Sulawesi", Indonesia. 58: 69--82.

- Sutton, R. Anderson (1995). "Performing arts and cultural politics in South Sulawesi". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 151 (4): 672--699.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun