Mimpi buruk di Teater Impian. Begitulah pemandangan bagi Manchunian yang tersaji di Old Trafford, saat Manchester United menjamu Manchester City, Sabtu (6/11) dalam lanjutan Liga Inggris musim 2021/2022.
Disebut demikian, karena Setan Merah mempersiapkan diri tanpa Raphael Varane yang cedera otot saat bermain imbang 2-2 di kandang Atalanta. Tanpa bek tengah berpengalaman asal Prancis itu, mereka tak punya sosok yang mampu mengkoordinir lini belakang tim.
Memang, saat pertandingan bertajuk Derby Manchester dimulai, Ole Gunnar Solskjaer kembali memasang formasi 3 bek tengah, dan dua bek sayap. Formasi ini sempat mujarab saat United menghajar Tottenham Hotspur 3-0 pekan lalu.
Masalahnya, formasi tiga bek yang dipasang Ole sudah mulai terbaca saat Atalanta dua kali unggul di pertandingan sebelumnya. Jika yang dihadapi adalah pelatih taktis seperti Pep Guardiola, menampilkan taktik serupa tanpa modifikasi adalah awal masalah.
Benar saja, sejak kick off, Manchester City langsung memaksa Harry Maguire dkk lebih banyak bermain di setengah lapangan sendiri. Tak butuh waktu lama, di menit ketujuh, Eric Bailly menjebol gawang sendiri, akibat salah mengantisipasi umpan silang Joao Cancelo.
Gol ini membuat skenario awal taktik Ole, yang mengandalkan serangan balik jadi berantakan. Bukan cuma itu, Ruben Dias dkk juga mampu mengantisipasi skema serangan United. Benar-benar sudah terbaca sampai khatam.
Sebaliknya, strategi ala Ole yang sudah terbaca ini mampu diekspos habis-habisan. Andai David De Gea tak tampil bagus di bawah mistar, gol Bernardo Silva di akhir babak pertama bukan satu-satunya gol tambahan yang hadir di Teater Impian.
Di babak kedua, Ole sebenarnya ambil tindakan, dengan mengubah formasi sekaligus memasukkan pemain menyerang macam Jadon Sancho, Donny Van De Beek, dan Marcus Rashford.
Hanya saja, situasi tetap tak berubah. City tetap nyaman menguasai jalannya pertandingan, selagi Cristiano Ronaldo dibuat frustrasi karena mati kutu, dan kreativitas permainan tim asuhan Ole Gunnar Solskjaer benar-benar mentok.
Satu-satunya hal positif hanyalah David De Gea yang tetap tampil oke di bawah mistar. Tanpanya, Old Trafford mungkin akan jadi panggung pembantaian, sama seperti saat Liverpool merajalela dengan lima gol dua pekan lalu.
Selebihnya, kemenangan memang layak didapat klub milik Sheikh Mansour, karena mereka memang unggul di segala sisi, atas tim yang minim kreativitas.
Melihat performa di tiga pertandingan terakhir, yang konon adalah "pressure test" buat Ole, seharusnya pelatih asal Norwegia itu layak mendapat nilai merah, karena hanya mendapat 4 dari maksimal 9 poin.
Tapi, eks pelatih Molde ini mungkin bisa sedikit beruntung, karena Antonio Conte yang sebelumnya digadang sebagai pengganti, kini sudah mendarat di Tottenham Hotspur.
Andai saja United langsung memecat Ole setelah United dihajar Liverpool 5-0, situasinya mungkin akan berbeda. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tinggal bagaimana membuatnya jadi bubur yang enak. Kalau rasanya terlanjur berantakan, itulah yang mau tak mau harus diterima oleh Manchester United dan Manchunian musim ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H