Sarat makna. Begitulah gambaran sederhana dari kemenangan 2-0 Liverpool atas Atletico Madrid, dalam match day keempat fase grup Liga Champions, Kamis, (4/11, dinihari WIB).
Disebut demikian, karena tim asuhan Juergen Klopp bukan hanya meraih poin penuh, tapi juga mencatat beberapa poin positif, baik dari segi performa maupun aspek lain.
Dari segi permainan, The Kop mampu mengontrol jalannya pertandingan, dan memaksimalkan dominasi secara statistik menjadi kemenangan, lewat gol-gol Diogo Jota dan Sadio Mane, yang sama-sama berasal dari umpan silang jitu Trent Alexander-Arnold di paruh awal babak pertama.
Dua gol ini sama-sama cerdik, karena hadir dari kejelian dalam mengakali celah terbuka barikade pertahanan gerendel khas Atleti. Sama seperti saat menang 3-2 di Wanda Metropolitano, Klopp mengincar gol cepat, yang akan merusak skenario taktik Diego Simeone.
Strategi itu berhasil, bahkan sama seperti di Madrid, Si Merah unggul 2 gol di babak pertama. Bedanya, di pertandingan kali ini, mereka mampu mencatat clean-sheet, untuk pertama kalinya dalam empat pertandingan.
Sebenarnya, ada beberapa peluang untuk mencetak gol, tapi pertahanan Los Colchoneros sudah tampil lebih rapi dan rapat setelah kebobolan, sehingga peluang yang tercipta urung menjadi gol.
Di sisi lain, Jordan Henderson dkk juga mampu menunjukkan kedewasaan mental yang bagus di Anfield. Mereka tetap tenang saat menghadapi Los Rojiblancos, yang seperti biasa bermain tricky dan agak provokatif.
Hasilnya, strategi khas klub kota Madrid itu justru jadi senjata makan tuan. Strategi yang sudah disusun Simeone benar-benar berantakan, saat Felipe dikartu merah wasit di penghujung babak pertama, akibat menekel Sadio Mane, dan mengabaikan panggilan wasit, yang sudah meniup peluit sampai tiga kali.
Menariknya, sebuah repetisi terjadi di akhir pertandingan. Dimana, El Cholo tertangkap kamera enggan bersalaman dengan Juergen Klopp di akhir laga, seperti di pertandingan sebelumnya.
Entah klarifikasi macam apa yang nanti akan dijelaskan pelatih asal Argentina itu, tapi kejadian beruntun ini benar-benar terasa janggal.
Meski harus dibayar dengan cederanya Roberto Firmino, kemenangan keempat dari empat pertandingan ini memastikan Si Merah lolos ke babak selanjutnya sebagai juara "grup neraka".
Kepastian ini akan membuat Klopp leluasa melakukan rotasi pemain di dua pertandingan tersisa (versus FC Porto dan AC Milan). Ini menjadi satu keuntungan tersendiri, mengingat padatnya jadwal bertanding tim. Jadi, bukan kejutan lagi, kalau setelah ini Liverpool akan tampil dengan pemain lapis kedua.
Di sisi lain, langkah mulus Liverpool di fase grup kali ini, seharusnya bisa membuat mereka layak diperhitungkan. Mereka mampu menjuarai "grup neraka" tanpa harus berkoar "gini doang grup neraka", tapi membuktikannya dengan aksi cemerlang di lapangan.
Ngomong-ngomong, selamat, Liverpool!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H