Terkait pengendalian pandemi, pemerintah Australia mewajibkan, semua tempat umum punya barcode yang terhubung dengan aplikasi. Aplikasi ini harus didownload semua orang, mirip seperti Peduli Lindungi di Indonesia. Kalau tidak punya, akan dikenakan sanksi denda.
Hal ini bertujuan supaya jika ada kasus, si penderita bisa ditracing dan segera ditangani. Karena sistemnya bagus dan warganya tertib, situasi di Australia terkendali. Jika harus tes PCR pun, biayanya gratis dan prosesnya cepat.
Berhubung masyarakat Australia gemar berolahraga, waktu dan radius lockdown diatur pemerintah. Waktu maksimal 1 jam, jarak maksimal.5 km, yang menyesuaikan dengan kondisi.
Â
Di Australia, olahraga sudah jadi kebutuhan. Ada pendidikan olahraga, anak-anak minimal harus bisa renang, supaya bisa bertahan di air.
Bonusnya, Australia banyak menghasilkan atlet handal. Di cabang olahraga sepak bola misalnya, Timnas Australia rutin lolos ke Piala Dunia sejak 2006, dan juara Piala Asia 2015.
Di masa pandemi, pemerintah Australia mengirimkan 1000 ventilator, 1 juta dosis vaksin Astra zeneca, dan berbagai bantuan lainnya kepada pemerintah Indonesia. Ini sejalan dengan hubungan baik kedua negara, yang selama ini sudah berjalan.
Sebelumnya, waktu tsunami di Aceh dan Nias, Australia mengirimkan bantuan logistik dan pasukan. Sebagai balasannya, saat Australia mengalami bencana nasional kebakaran hutan di tahun 2009 dan 2020, Indonesia mengirim bantuan pasukan zeni TNI untuk membersihkan hutan.
Belakangan, hubungan Indonesia dan Australia selama pandemi makin kuat, setelah kedua negara menandatangani perjanjian kerjasama ekonomi, yang dikukuhkan dengan kunjungan kenegaraan presiden Jokowi ke Australia, bulan Februari 2020
Â
Perjanjian yang dikenal dengan singkatan IASEPA ini telah diimplementasikan sejak 5 Juli 2020. Dalam pemaparannya, Pak Ghofar menitipkan pesan, implementasi IASEPA ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya, supaya dapat memberikan manfaat lebih luas bagi Indonesia.
Â
Meski durasi webinar kali ini lebih singkat dari biasanya, ragam informasi yang dipaparkan benar-benar padat. Selain ada paparan sederhana tentang Canberra, ada juga cerita seputar bagaimana situasi Australia di masa pandemi, dan sedikit cerita tentang bagaimana hubungan diplomatik Indonesia dan Australia selama ini berjalan.
Satu hal yang mungkin kurang menyenangkan hanyalah, saya baru sempat menyelesaikan tulisan ini sekarang, karena sempat terkendala pilek. Tapi, saya bersyukur, karena ide dan "formasi" yang sudah ada untuk tulisan ini tak hilang, dan akhirnya bisa terselesaikan dengan tuntas.
Sebuah pengalaman baru yang cukup unik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H