Oh, saya lupa, Indonesia bukan Korea Selatan atau Jepang, yang pejabatnya akan langsung mengundurkan diri, bahkan saat ada perkara yang terlihat remeh. Urat malu pejabat di sini kadang seperti makhluk astral: antara ada dan tiada.
Buktinya, saat ada pejabat yang diciduk karena korupsi, mereka masih bisa tersenyum bahagia di depan kamera. Tak ada penyesalan, karena pelaku korupsi diberi label "penyintas korupsi", sebuah perlindungan yang sistematis.
Pantas saja, kasus korupsi masih saja membanjir. Pelakunya saja terlindungi sampai seperti itu.
Gejala "hilang urat malu" ini, ternyata juga diperlihatkan Kemenpora, dengan ikut larut dalam euforia kemenangan di Piala Thomas. Padahal, andai mereka tak hanya menyurati WADA, seharusnya cerita memalukan di final Piala Thomas 2020 tak perlu terjadi.
Semoga, momen-momen seperti ini tak hanya jadi pembelajaran dalam kata-kata, tapi perbuatan nyata. Sebuah kemenangan memang selalu menyenangkan, dengan catatan, tak ada kelalaian memalukan di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H