Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dari Tas Plastik ke Tas Kain

14 Oktober 2021   00:37 Diperbarui: 14 Oktober 2021   00:43 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat kandungan material katalis dan sifatnya yang kurang ramah lingkungan inilah, plastik jenis oxium bukan opsi ideal. Memang ada yang memakai singkong, tapi singkong ini bukan elemen kunci, karena kuncinya adalah mikroplastik.

Mengingat urgensi kebijakan Net-Zero Emissions (NZE) dan ancaman perubahan iklim yang semakin nyata, kita jelas perlu membiasakan diri untuk (setidaknya) mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Dari situ, kita bisa melanjutkan ke tahap-tahap selanjutnya.

Di sisi lain, pemerintah dan pihak terkait juga perlu untuk mengembangkan teknologi pengganti plastik yang ramah lingkungan dengan serius. Dengan demikian, kebijakan Net-Zero Emissions (NZE) tak akan berakhir sebagai angin lalu.

Salah satunya, dengan menggunakan bahan alami seperti rumput laut, yang memang melimpah di Indonesia. Kebetulan, di negara lain, rumput laut mulai dikembangkan sebagai salah satu bahan alternatif pengganti kemasan plastik pada makanan.

Karena bisa dibentuk menjadi lembaran kecil, dan memang berasal dari alam, rumput laut jelas lebih aman dan plastik jenis apapun.

Jika sudah dikembangkan dengan sempurna, produksi massal bisa digalakkan, dengan didukung regulasi dari pemerintah. Jadi, harga produknya bisa menjangkau semua kalangan.

Memang, alam selalu punya solusinya sendiri, tapi masalah kantong plastik ini seharusnya bisa terjawab, jika benar-benar mengandalkan bahan dari alam. Tapi, solusi itu hanya akan hadir, jika kita mau memulai dan serius menekuninya.

Alam selalu memberikan segalanya "sesuai kebutuhan", tak pernah berlebihan, apalagi kurang, sehingga keseimbangan terus terjaga. Keseimbangan itu hanya akan rusak, jika ada yang terlalu tamak.

Referensi jurnal:
  -   Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T. R., Perryman, M., Andrady, A., ... & Law, K. L. (2015). Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean.  Science, 347(6223), 768-771.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun