Di tingkat domestik, Les Parisiens dan The Eastland sama-sama mampu meraih gelar juara, dan rutin lolos ke Eropa. Mereka bahkan sudah sama-sama pernah lolos ke final Liga Champions.
Cerita sukses keduanya jelas menjadi satu inspirasi, mengapa sang pangeran Arab Saudi mengambil alih klub kontestan Liga Inggris. Tapi, ada juga cerita gagal dari pemilik klub Eropa asal Timur Tengah.
Di Inggris, ada Pangeran Abdullah, yang memegang separuh kepemilikan Sheffield United sejak tahun 2013. Pangeran Arab Saudi ini memang membantu The Blades promosi ke kasta tertinggi pada tahun 2019, mencapai semifinal Piala Liga Inggris musim 2014/2015.
Tapi, segera setelah finis di posisi sepuluh besar Liga Inggris musim 2019/2020, rival sekota Sheffield Wednesday langsung terdegradasi di musim berikutnya. Di sini, kendali kepemilikan yang tidak penuh dan kesalahan dalam rekrutmen pemain baru menjadi penyebab mereka finis sebagai juru kunci klasemen.
Sebelumnya, kasus lebih tragis juga terjadi di Inggris pada musim 2009/2010, tepatnya di Portsmouth. Klub ini sempat dua kali dipegang oleh pebisnis asal Timur Tengah, yakni Sulaiman Al Fahim (Uni Emirat Arab) dan Ali Al Faraj (Arab Saudi).
Meski saat itu mampu menembus final Piala FA, manajemen yang buruk membuat keuangan klub bermasalah, bahkan sampai menunggak gaji pemain. Di akhir musim, mereka finis di posisi juru kunci klasemen Liga Inggris. Saat ini, klub berjuluk The Pompey berkompetisi di League One, kompetisi kasta ketiga Liga Inggris.
Beralih ke Spanyol, taipan asal Timur Tengah juga sempat menghadirkan kejutan di Malaga, saat diambil alih oleh Sheikh Abdullah Al Thani (anggota keluarga kerajaan Qatar) pada tahun 2010.
Di bawah komandonya, klub Andalusia yang tadinya paling bagus hanya finis di papan tengah klasemen La Liga Spanyol, mampu lolos ke Liga Champions musim 2012/2013.
Bermaterikan pemain macam Joaquin Sanchez, Martin Demichelis dan Isco, klub asuhan Manuel Pellegrini sukses menembus perempat final Liga Champions. Inilah penampilan tunggal mereka di ajang Liga Champions hingga sekarang.
Meski sempat digadang-gadang sebagai kekuatan baru, bencana malah datang setelahnya. Sang pemilik yang awalnya sangat berambisi pelan-pelan menjadi setengah hati.
Eksodus besar-besaran pun tak terhindarkan, karena kondisi keuangan klub menjadi bermasalah, akibat tak lagi disokong sang taipan. Los Boqueros pun kembali mengalami penurunan, dan saat ini berkompetisi di kasta kedua Liga Spanyol, meski saham mayoritasnya masih dipegang oleh Sheikh Abdullah Al Thani.