Moda transportasi penerbangan lebih efektif, jika tak ada cuaca buruk, karena jika menempuh perjalanan darat, perlu waktu tempuh sampai 14 hari perjalanan, mengingat sulitnya medan.
Secara khusus, untuk mendaki gunung tinggi di luar negeri, pendaki disarankan untuk membeli dan mengkonsumsi obat Diamox sejak dua hari sebelum perjalanan, untuk mencegah penyakit ketinggian (mountain sickness).
Di pegunungan Himalaya, kerawanan ini mulai hadir di ketinggian menjelang ketinggian 4.000 mdpl. Di sini, kadar oksigen mulai tipis. Di ketinggian 4.000 mdpl keatas medan berbatu-batu, jarak antarlodge jauh, dan suhu udaranya bisa mencapai angka minus.
Karenanya, pendaki harus mampu menjaga ritme pendakian tetap "slow and steady" (bistare dalam bahasa Nepal) alias  tetap hati-hati dan konsisten. Satu lagi, para pendaki harus selalu mendahulukan Yak (sejenis kerbau di Himalaya) yang lewat dengan membawa muatan, supaya perjalanan tetap lancar.
Dalam perjalanannya menuju basecamp Gunung Everest (5.800 mdpl) Pak Hadi yang mendaki bersama pendaki wanita asal Argentina sempat melewati Desa Tyangboche. Desa di dekat basecamp Gunung Everest ini terletak di ketinggian kurang lebih 3.900 mdpl, dan merupakan tempat kelahiran Tenzing Norgay, salah satu penakluk pertama puncak Gunung Everest pada tahun 1953.
Untuk akomodasi, Pak Hadi memilih tinggal di lodge / penginapan, karena lebih hemat daripada pakai tenda.
Di lodge terakhir yakni di Namche Bazar, juga dijual makanan khas Nepal, seperti Nasi Dalbat (mirip nasi Padang di Indonesia, tapi dengan tambahan ekstra kari) dan Momo (mirip siomay), yang jadi favorit pak Hadi selama di Nepal. Selain makanan lokal, dijual juga makanan internasional, untuk mengakomodasi pendaki asing.
Secara total, waktu tempuh pendakian ke basecamp Gunung Everest adalah 9 hari perjalanan, sementara waktu tempuh saat turun gunung adalah 3 hari perjalanan. Jika saat pendakian santai, tidak dengan saat turunnya, karena waktunya berkejaran dengan jadwal penerbangan.
Perjalanan Pak Hadi ke basecamp Gunung Everest ini telah dibukukan dalam buku berjudul "Menggapai Puncak Himalaya".
Sementara itu, dalam perjalanan menuju ke basecamp Gunung Arnapura (4.130 mdpl), Pak Hadi singgah di kota Pokhara. Kota terbesar kedua di Nepal ini merupakan kota besar terdekat dari basecamp Gunung Arnapura, dengan jarak tempuh 15 menit dari Sarangkot, desa terakhir sebelum basecamp.
Pada waktu melakukan perjalanan ke basecamp Gunung Arnapura, Pak Hadi memutuskan jadi relawan, karena sedang terjadi gempa bermagnitudo 7.9 SR di Nepal.
Alhasil, perjalanannya harus ditunda sejenak. Waktu ada kesempatan mendaki, setibanya di ketinggian 3.300 mdpl, terjadi gempa susulan bermagnitudo 7.3 SR. Sebuah pengalaman yang tak biasa.