Meski berusaha memburu gol keempat, penampilan disiplin dan spartan dari tim asuhan Thomas Frank (Denmark) ini akhirnya mampu mengamankan skor imbang 3-3 sampai akhir pertandingan.
Hasil ini memberikan satu poin berharga, yang sekaligus melanjutkan awalan bagus tim di kasta tertinggi. Sebelumnya, mereka sempat membuat sensasi, dengan mengalahkan Arsenal 2-0 di partai perdana.
Tak heran, setelah wasit meniup peluit panjang suporter Brentford lalu menyambut meriah hasil imbang ini.
Meski sebenarnya ini adalah satu kerugian buat Liverpool, hasil imbang ini tetap menjadi satu catatan positif, karena mereka lolos dari kekalahan, di saat Chelsea dan Manchester United sama-sama kalah 0-1 di rumah sendiri.
Tapi, hasil imbang 3-3 ini sekaligus menunjukkan, Jordan Henderson dkk masih saja kesulitan, jika menghadapi lawan yang bermain spartan atau punya pertahanan berlapis.
Sebelumnya, kelemahan ini terlihat, saat The Anfield Gank menghadapi Chelsea (imbang 1-1 di Liga Inggris) dan AC Milan (menang 3-2 di Liga Champions). Menghadapi Chelsea yang dipaksa bertahan sangat rapat karena kalah jumlah pemain, strategi yang diterapkan Klopp di Anfield benar-benar dibuat buntu.
Sementara itu, saat menghadapi AC Milan, juga di Anfield, Milan mampu membuat dua gol dalam waktu berdekatan. Penampilan bagus Mike Maignan di bawah mistar, plus penampilan spartan sang wakil Italia terbukti mampu membuat tim kewalahan.
Kelemahan inilah yang sukses dieksploitasi Brentford, sekaligus menjadi lampu kuning buat Liverpool, untuk menemukan solusinya sesegera mungkin. Jika tidak, masalah lebih runyam bisa saja hadir, khususnya saat bertemu lawan yang benar-benar kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H