Soal aktivitas kedua saya di sana, kebetulan juga sedikit bersenggolan dengan cuan. Karena, saya sekalian mengantar pesanan dodol alias jenang produksi dari rumah sendiri.
Kebetulan, ada beberapa Kompasianer peserta kelas saham, yang memang memesan sejak beberapa hari sebelumnya. Jadi, sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui.
Aktivitas ketiga adalah kulineran, dengan menikmati semangkuk soto ayam khas BS Resto yang gurih dan padat berisi.
Awalnya, acara ini diplot sebagai bagian penutup, tapi diubah menjadi pembuka, karena menyesuaikan dengan jadwal kegiatan berikutnya, yakni melihat-lihat koleksi barang antik di bagian belakang BS Resto.
Ternyata, bagian belakang BS Resto adalah Borobudur Silver, yang sebetulnya merupakan toko sentra barang kerajinan. Tapi, karena imbas pandemi, mereka melakukan diversifikasi, dengan menjual soto dan nasi gandul, dua menu yang jadi ciri khas di sini.
Harganya relatif terjangkau, karena berada di kisaran 8 ribu sampai 15 ribu rupiah per porsi. Meski harganya tergolong ekonomis, rasanya tetap boleh diadu.
Selain itu, Borobudur Silver juga menyediakan tempat pertemuan, dengan ruang kosong yang cukup longgar dan kedap suara dari luar. Jadi, interaksi di event "kelas saham" ini cukup mengalir. Saking mengalirnya, butuh waktu tambahan cukup banyak, untuk bisa menuntaskan obrolan.
Pada akhirnya, serangkaian momen ini menjadi satu warna unik di akhir pekan. Bisa kulineran sambil berinteraksi dan sedikit produktif, sebuah kombinasi tak biasa tapi menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H