Epik. Inilah kesimpulan sederhana dari laga Liverpool versus AC Milan di Stadion Anfield, Kamis (16/9, dinihari WIB).
Sejak diketahui berada dalam satu grup, pertemuan dua raksasa klasik Eropa ini memang sudah diprediksi akan menarik. Maklum, sebelumnya kedua tim hanya pernah bertemu dan saling mengalahkan di final Liga Champions edisi 2005 dan 2007.
Ternyata, prediksi itu benar adanya. Didukung atmosfer khas Stadion Anfield, pertandingan langsung berjalan menarik sejak awal.
Liverpool yang bermain di hadapan puluhan ribu pendukungnya langsung tancap gas. Hasilnya, gol langsung hadir saat laga belum genap menginjak sepuluh menit, setelah tendangan Trent Alexander-Arnold terdefleksi kaki Fikayo Tomori.
Unggul 1-0 lewat gol cepat membuat Si Merah makin bersemangat menggempur pertahanan I Rossoneri, yang tampak masih belum seratus persen fokus. Gol kedua hampir saja hadir, andai Mike Maignan tak tampil bagus di bawah mistar.
Kiper asal Prancis ini mampu membuat sejumlah penyelamatan, termasuk menepis tendangan penalti Mohamed Salah, setelah Ismael Bennacer kedapatan melakukan handball di kotak terlarang.
Rupanya, momen penalti gagal Salah menjadi satu titik balik buat tim asuhan Stefano Pioli. Mereka mampu bermain disiplin, meski The Kop masih memegang kendali permainan.
Dengan sabar, Si Setan Merah Italia menunggu celah terbuka di lini belakang Liverpool. Hasilnya, Ante Rebic dan Brahim Diaz sukses mengubah skor jadi 1-2, berkat gol-gol di menit-menit akhir babak pertama.
Comeback epik Si Merah-Hitam ini menutup babak pertama secara tak terduga. Tapi, tim asuhan Juergen Klopp masih belum habis.
Entah kalimat sakti apa yang dikatakan sang pelatih asal Jerman. Satu hal yang pasti, Joel Matip dkk tampil lebih baik di babak kedua.