Kebetulan, peluangnya cukup terbuka, karena siomay dan batagor buatannya memang punya kelebihan tersendiri, yakni rasa asli ikan tengiri dari daging ikan tengiri segar yang sangat terasa.
Rasa khas ini hadir, dari adonan daging ikan tengiri segar, yang langsung digoreng sampai benar-benar matang, bukan setengah matang seperti siomay atau batagor pada umumnya.
Saya sendiri memilih mencoba menu siomay, karena bahan-bahannya paling lengkap. Jadi, rasa dan kualitasnya bisa dinilai secara lebih utuh.
Hasilnya, selain rasanya enak, rasa bahan yang digunakan juga saling melengkapi, dengan tingkat kematangan yang pas. Ukuran porsinya pun pas.
Tekstur bumbu saus kacangnya halus, Dengan paduan rasa pedas-manis yang pas. Paduan rasa dari bumbu kacang ini juga mampu meredam rasa (sangat) pahit khas pare rebus.
Keistimewaan lainnya dari siomay ini adalah, isi daging ikan tengirinya tidak pelit, bahkan terselip juga di tengah pare rebus. Lain dari yang lain. Harganya pun relatif terjangkau, untuk ukuran produk dengan kualitas bahan dan rasa yang oke.
Selebihnya, momen ini menjadi satu kesempatan unik buat saya, karena untuk pertama kalinya setelah vaksinasi dosis kedua tuntas, saya bisa pergi sejenak ke luar rumah. Sedikit mendebarkan sekaligus menyenangkan.
Sebelumnya, saya hanya pergi keluar rumah, saat ada jadwal vaksinasi di rumah sakit. Safety first, karena keadaan sedang tidak menentu.
Meski harus memakai masker dobel, ada momen interaksi langsung yang membuat suasana akhir pekan jadi menyenangkan. Saya juga boleh sedikit  membantu, dengan membuatkan titik lokasi di Google Maps.
Obrolan lepas kesana kemari terasa lengkap, karena ada hidangan lezat yang ikut menemani, dengan momen foto bersama sebagai penutup.
Semoga situasi segera membaik, sehingga momen interaksi langsung tak lagi jadi barang langka.