Setelah sebelumnya sempat merilis tanggal kick off Liga 1 pada 20 Agustus mendatang, Menpora Zainuddin Amali, atas persetujuan PSSI dan rekomendasi pihak kepolisian memutuskan untuk kembali menunda tanggal kick off Liga 1 menjadi 27 Agustus.
Keputusan ini diambil, dengan mempertimbangkan situasi terkini. Dimana, sejumlah wilayah masih menjalani PPKM Level 4 sampai tanggal 16 Agustus mendatang.
Penundaan ini sebenarnya bukan hal baru di sepak bola nasional, terutama sejak pandemi merebak. Setiap kali tanggal kick off Liga 1 diumumkan, meski hanya perkiraan tanpa tanggal pasti, ujungnya selalu sama: penundaan demi penundaan, tanpa ada kepastian.
Oke, kasus baru penderita COVID-19 di Indonesia memang masih relatif tinggi, meski cenderung fluktuatif. Tapi, masalahnya bukan hanya disitu, karena ini memang masalah bersama.
Kalau mau dilihat lebih spesifik, masalah ini ada di manajemen krisis PSSI yang memang kacau.
Di masa awal pandemi, kompetisi sepak bola di seluruh dunia memang terhenti dan ada yang tertunda, tapi setelahnya semua berjalan kembali. Bahkan, kondisi mulai berangsur membaik, khususnya di negara dengan tingkat vaksinasi massal dosis lengkap yang tinggi.
Di sini, PSSI benar-benar terlihat mati langkah. Rekomendasi dari kepolisian tak keluar, dukungan dari satgas COVID-19 pun tak ada.
Otomatis, persiapan serba seadanya. Kalaupun ada inisiatif mengadakan turnamen pemanasan, turnamen itu digagas dan disponsori oleh Kemenpora.
Sayang, alih-alih berupaya menyiapkan semuanya dengan matang, PSSI malah membuat "prank" berupa penundaan tanggal kick off kompetisi.
Memang, masalah pandemi membuat semua serba tak pasti, tapi menambahnya dengan ketidakpastian lain jelas keterlaluan. Seharusnya, PSSI tak merilis tanggal kick off, jika tak bisa memastikan situasi.
Satu-satunya yang patut disyukuri dari penundaan ini hanya kehadiran "clue" atau kisi-kisi soal kelanjutan PPKM. Melihat tanggalnya, bukan kejutan jika PPKM masih berlanjut, kecuali jika ada kemajuan luar biasa soal pandemi dan vaksinasi dalam waktu dekat.
Selebihnya, tak banyak yang bisa diharapkan, terutama dari segi kualitas permainan. Penyebabnya, para pemain tak berada dalam kondisi optimal, karena persiapannya tidak ideal.
Jika penundaan ini hanya awal dari penundaan demi penundaan lainnya, bukan kejutan kalau kick off Liga 1 baru dimulai awal tahun depan. Pahit, tapi inilah satu kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Pemerintah selama ini sudah mengalokasikan anggaran cukup besar untuk sepak bola, tapi tata kelola sepak bola nasional yang terlalu bobrok membuatnya terlihat mubazir.
Melihat stagnasi dan kekacauan yang terus saja hadir, jika tak kunjung ada perbaikan, mungkin inilah saatnya pemerintah mengalihkan alokasi anggaran untuk sepak bola ke cabang olahraga lain, khususnya olahraga olimpik, misalnya bulutangkis atau atletik.
Mungkin terdengar kurang mengenakkan, tapi akan lebih baik jika dana besar yang selama ini dialokasikan untuk sepak bola dapat bermanfaat untuk memajukan olahraga lain, terutama yang rutin mencetak prestasi internasional.
Masyarakat di negeri ini memang gila bola, tapi berhubung situasinya seperti "cinta bertepuk sebelah tangan", seharusnya rasa cinta itu tak dipaksakan, karena akan jadi sangat menyakitkan.
Kecuali, jika ada pembenahan serius yang kontinyu dan menyeluruh di sepak bola nasional dalam waktu dekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H