Si Kutu lebih banyak berbicara lewat aksi-aksi ajaibnya di lapangan, lengkap dengan berbagai rekor yang diciptakannya, dan trofi yang diraihnya.
Satu hal yang benar-benar membuatnya spesial adalah konsistensi di level top. Sejak masih berusia remaja sampai menginjak usia 34 tahun, ia mampu menjaga sinarnya tetap terang, di saat kebanyakan pemain seusianya sudah habis bahkan pensiun.
Konsistensi ini akan jadi satu tantangan tersendiri, bagi siapapun penerusnya. Untuk saat ini, Barca memang punya Ansu Fati. Pemain muda satu ini kebetulan juga merupakan jebolan akademi La Masia, seperti halnya Messi.
Tapi, perlu waktu untuk membuatnya menikmati peran sebagai penerus Messi di Barcelona. Bagaimanapun, jejak kegemilangannya di Catalonia terlalu indah untuk dilupakan Barcelonistas.
Maklum, prestasi dan rekor sang pemenang 6 Ballon D'Or bisa menjadi satu beban berat bagi penerusnya, karena akan dijadikan sebagai acuan bagi pendukung setia Azulgrana.
Uniknya, akhir kebersamaan pemain kidal ini dengan Blaugrana seperti mengulang kembali satu siklus regenerasi. Jika dulu La Pulga muncul sebagai pemain remaja berbakat penerus Ronaldinho yang meredup, kini giliran dirinya memberi jalan buat Ansu Fati dan pemain muda jebolan akademi La Masia lainnya.
Pada akhirnya, Messi meninggalkan Barcelona dalam sunyi, seperti karakternya selama ini. Kepergiannya memang jadi penanda akhir sebuah era buat Barca, tapi inilah awal sebuah pembaruan, bukan hanya untuk Barca secara khusus, tapi juga La Liga secara umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H