Pada Selasa (27/7) lalu, saya berkesempatan mengikuti vaksinasi COVID-19 dosis pertama, di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, dengan jenis vaksin Sinovac. Vaksinasi dosis kedua akan saya jalani pada tanggal 24 Agustus mendatang.
Tapi, pada tulisan ini, saya tak akan menceritakan tentang bagaimana proses vaksinasi tersebut. Saya lebih suka menceritakan tips berburu antrian vaksin, yang semoga dapat membantu.
Mengapa?
Karena, pada prosesnya, ada banyak info seputar vaksinasi massal gratis yang bermunculan di dunia maya, tapi seringkali sudah "sold out" saat diakses, karena langsung diserbu peminat.
Boleh dibilang, berburu antrian vaksin ini seperti berjudi, karena sifatnya untung-untungan. Jadi, mengumpulkan informasi tentang jadwal dan lokasi vaksinasi sebanyak-banyaknya tidak dilarang, justru disarankan, supaya tak mati langkah.
Dengan kuota dosis vaksin yang relatif terbatas, biasanya tak butuh waktu lama untuk cepat penuh. Kadang, itu bisa ludes dalam hitungan menit, bahkan tak sampai lima menit.
Sederhananya, berburu antrian vaksin COVID-19 ini mirip seperti berburu tiket kereta api atau pesawat di masa libur panjang. Hanya saja, saat berburu antrian vaksin, kita hanya perlu memastikan, jadwalnya sesuai dengan agenda kita atau tidak.
Soal harga, tak perlu dipikirkan, karena ini gratis. Kita hanya perlu menyiapkan kondisi fisik dan meluangkan waktu.
Kalau bisa, pastikan kita tak ada kesibukan lain saat vaksinasi, dan dua-tiga hari setelahnya. Tujuannya, untuk mengantisipasi efek samping pascavaksinasi, antara lain mengantuk, letih dan pegal-pegal.
Dalam proses berburu antrian vaksin, kita tak perlu repot-repot memilih jenis vaksin. Apa yang ada, ambil saja, demi keselamatan. Jangan tunggu terinfeksi dulu, baru sadar akan pentingnya manfaat vaksin. Rumah Sakit penuh.
Soal tempat vaksinasi, pastikan tempat vaksinasi tersebut terpercaya, dan lokasinya tak terlalu jauh dari tempat tinggal kita.
Misalnya, jika kita tinggal di Jakarta Pusat, carilah rumah sakit atau faskes di bilangan Jakarta Pusat dan sekitarnya yang mengadakan vaksinasi massal.
Contoh lain, jika kita tinggal di pinggiran kota (misal Yogyakarta atau Solo), kita bisa mencari rumah sakit atau faskes di area dalam kota tersebut, yang membuka vaksinasi massal.
Untuk lebih amannya, pastikan tempat vaksinasi tersebut membuka pendaftaran secara online. Dengan demikian, tak perlu berebut atau berdesakan di tempat vaksinasi, karena nomor urutan sudah didapat via online.
Jika tempat vaksinasi tersebut adalah rumah sakit, dan kita punya kartu anggotanya, misal karena pernah dirawat di sana, pendaftaran online (via website atau aplikasi) akan lebih mudah dilakukan. Mereka biasanya punya nomor rekam medis kita, yang sekaligus berfungsi sebagai "username" kita.
Selebihnya, tinggal ikuti petunjuk selanjutnya untuk menyelesaikan. Hanya saja, berhubung peminatnya banyak tapi kuotanya terbatas, kita perlu juga memperhatikan kapan pendaftaran itu mulai dibuka.
Pastikan kita mendaftar sejak seminggu sebelum jadwal vaksinasi yang kita pilih, atau segera setelah tanggal jadwal vaksinasi bisa diakses. Dalam pendaftaran secara online, pendaftaran biasanya sudah bisa diakses sejak satu minggu sebelum jadwal vaksinasi.
Supaya tak kehabisan, sebaiknya kita menginput data pendaftaran pada pukul 00.00 dinihari. Maklum, terbatasnya jumlah kuota dosis vaksin akan membuat perebutan tak terhindarkan.
Kuotanya sudah pasti akan cepat ludes, karena banyak yang membutuhkan. Selebihnya, kembali lagi ke keberuntungan kita.
Demikian tips berburu antrian vaksin dari saya. Selamat mencoba, semoga beruntung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H