Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Dua "Pemain Pinggiran" Liverpool

20 Juli 2021   21:40 Diperbarui: 20 Juli 2021   21:51 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marko Grujic dan Taiwo Awoniyi (Theathletic.com)

Klub rival sekota Hertha Berlin memutuskan memboyong sang striker, karena dinilai tampil bagus musim lalu. Meski hanya mencetak lima gol, pemain yang tak sempat bermain bersama Liverpool ini sukses membawa klub lolos ke UEFA Europa Conference League, kompetisi antarklub Eropa kasta ketiga.

Beralih ke Grujic, gelandang berpostur tinggi besar ini sedikit lebih beruntung dari Awoniyi, karena sempat tampil 16 kali bersama The Kop di berbagai kompetisi dan mencetak satu gol.

Tapi, ketatnya persaingan di lini tengah The Anfield Gank, ditambah kedatangan Fabinho, Naby Keita, plus munculnya Curtis Jones dari tim junior, membuat kesempatan bermainnya menjadi terbatas. Kesempatan itu makin terbatas, setelah Thiago Alcantara datang di musim lalu.

Apa boleh buat, pemain Timnas Serbia ini harus rela dipinjamkan ke klub lain. Dimulai dari Cardiff City (klub kasta kedua Liga Inggris, paruh kedua musim 2017/2018) petualangan Grujic berlanjut di Bundesliga Jerman bersama Hertha Berlin.

Di Bundesliga, jebolan akademi Red Star Belgrade sebenarnya tampil konsisten, dan menjadi pemain kunci tim selama dua tahun bermain di sana (2018-2020). Rupanya, ini menarik minat FC Porto, yang lalu meminjamnya selama semusim.

Di klub raksasa Portugal itu, Grujic mampu tampil reguler, dan turut membantu tim lolos ke perempat final Liga Champions musim lalu. Alhasil, The Dragons lalu mempermanenkannya dengan ongkos transfer 10,5 juta pounds, Selasa (20/7).

Sekilas, Awoniyi maupun Grujic terlihat seperti transfer gagal di Liverpool.
Mereka gagal memenuhi ekspektasi awal, dan kesulitan tampil rutin di tim utama. Awoniyi bahkan sama sekali tidak bermain.

Tapi, berkat pengalaman dan progres positif keduanya selama dipinjamkan, mereka pada akhirnya selamat dari cap "gagal" karena mampu dijual klub dengan harga lebih mahal, bukan harga diskon seperti layaknya pemain gagal pada umumnya.

Di sisi lain, cerita kiprah Awoniyi dan Grujic di Liverpool sekali lagi menunjukkan, bukan nama besar klub yang dibutuhkan pemain muda untuk bisa terus berkembang, tapi kesempatan bermain. Semakin banyak kesempatan yang didapat, sekalipun sebagai pemain pinjaman, semakin besar ruang untuk berkembang.

Semakin bisa berkembang, semakin bagus. Jika kesempatan itu minim, bahkan tak ada, seorang pemain muda akan layu sebelum berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun