Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Saat Harapan Jadi Bumerang

12 Juli 2021   12:23 Diperbarui: 12 Juli 2021   12:38 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi kekecewaan pemain Timnas Inggris di final Euro 2020 (Telegraph.co.uk)

Kekalahan di rumah sendiri atas Italia semakin terasa getir, karena oknum suporter Inggris berulah, dengan masuk ke lapangan di menit akhir babak kedua, dan menyerang kelompok suporter Italia setelah pertandingan.

Bukan hanya itu, Saka, Sancho dan Rashford juga jadi "sasaran tembak" suporter, akibat kegagalan mereka mengeksekusi penalti. Ketiganya dihujat habis di media sosial, bahkan sampai mendapat hinaan rasis.

Kekalahan ini membuat Timnas Inggris seperti mengalami Tragedi Maracana alias "Maracanazo" final Piala Dunia 1950 di Brasil yang terkenal itu. Kala itu, sama seperti Timnas Inggris dengan jargon "Football Is Coming Home", Timnas Brasil digadang publik dan media mereka keluar sebagai juara, bahkan sejak sebelum partai final dimulai.

Memang, Tim Samba saat itu mampu melaju sampai babak akhir, seperti Inggris di Euro 2020. Tapi, ekspektasi tinggi yang membebani justru jadi bumerang. Di hadapan publik sendiri, Friaca dkk takluk 1-2 dari Uruguay yang tampil spartan, seperti Italia di Wembley. Asa juara yang sudah kadung bergaung nyaring, justru berubah jadi sebuah kisah tragedi nan menyakitkan.

Kekalahan Inggris di Wembley, yang alurnya kebetulan mirip dengan Maracanazo menjadi contoh aktual, dari bahaya ekspektasi tinggi yang bisa jadi bumerang di saat kritis.

Penyebabnya, ekspektasi tinggi dan dukungan yang hadir terlanjur jadi racun. Semua siap menang, tapi tak siap kalah, padahal keduanya harus siap diterima dengan sama baik.

Di sisi lain, kesuksesan Italia meraih trofi Euro 2020 menunjukkan, mereka telah bangkit dengan menampilkan gaya bermain yang segar, sebagai sebuah tim yang kompak. Gli Azzurri memang layak menjadi raja Eropa, karena mampu bangkit dari keterpurukan, dan tak malu mengubah ciri khas sepak bola defensif mereka yang usang, menjadi lebih relevan dengan tren terkini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun