Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Mission Cumplida", Messi!

11 Juli 2021   11:10 Diperbarui: 11 Juli 2021   11:35 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata, strategi ini terbukti ampuh, karena La Pulga bisa bermain lepas. Ia punya ruang leluasa untuk membuat gol atau assist. Hasilnya, gelar pemain terbaik turnamen, top skorer, dan top assist mampu diraihnya sekaligus. Luar biasa.

Andai pemain kidal ini dimatikan, masih ada pemain lain yang siap mengisi perannya. Terbukti, saat legenda Barcelona ini dijaga ketat pemain Brasil di final, masih ada Rodrigo De Paul yang mampu mengisi peran kreator, dengan dirinya mengirim assist kepada Angel Di Maria.

Di sisi lain, kecerdikan taktik Lionel Scaloni juga terlihat, dari kemampuannya membaca kelemahan taktik lawan. Benar, Brasil yang awalnya ganas di fase grup agak kewalahan di fase gugur, karena permainan disiplin Chile dan Peru, yang sama-sama dikalahkan dengan skor 1-0.

Dari dua penampilan tersebut, muncul poros Lucas Paqueta-Neymar, yang sukses diredam barisan pertahanan Argentina dengan baik. Messi dkk tak takut bermain agresif, menghadapi Brasil yang punya gaya main menyerang, dan mampu memanfaatkan kelengahan Tim Samba saat sedang asyik menyerang.

Kesuksesan ini makin terasa spesial, karena Argentina menjadi tim pertama yang mampu meraih gelar Copa America di Brasil. Sebelumnya, Selecao selalu jadi juara, tiap kali jadi tuan rumah turnamen, termasuk di edisi 2019 lalu.

Dengan capaian istimewa ini, rasanya nilai minus Messi soal nol gelar di Timnas sudah hilang. Ia bahkan mampu menampilkan performa inspiratif di usia 34 tahun, masa dimana kebanyakan pesepakbola sudah "habis". Semua kegagalannya sebelum ini juga  membuktikan, dirinya berhasil meraih trofi, karena telah "terlatih patah hati" dengan sangat baik.

Andai Jorginho gagal meraih trofi Euro 2020, rasanya pemain boncel ini akan meraih Ballon D'Or ketujuh, terutama berkat kesuksesannya di Brasil. Tapi, kemungkinan itu layak dikesampingkan sejenak. Untuk saat ini, mari kita biarkan Argentina bergembira sejenak, karena telah mengakhiri puasa gelar selama 28 tahun terakhir.

Selamat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun