Penyebabnya mirip: latar belakang sebagai mantan pelatih Liverpool, dan rekam jejak konfrontasi dengan Chelsea di masa lalu. Tapi, Roman Abramovich bergeming, dan Benitez tetap bertugas sampai akhir musim.
Hasilnya, Chelsea mampu dibawanya finis di posisi empat besar Liga Inggris, dan juara Liga Europa. Prestasi ini pada akhirnya mengubah penolakan menjadi rasa hormat, karena keberhasilannya menyelamatkan klub dari mimpi buruk akibat penurunan performa.
Uniknya, saat menghadapi Liverpool di Anfield, pelatih sarat pengalaman ini tetap disambut hangat oleh Kopites. Sebuah momen istimewa, yang sayangnya sedikit terlupakan.
Penyebabnya, pertandingan itu lebih banyak diingat karena aksi nakal Luis Suarez. Akibatnya, penyerang asal Uruguay itu belakangan diskors FA, setelah dirinya kedapatan menggigit lengan Branislav Ivanovic.
Memanasnya rivalitas Chelsea dan Liverpool beberapa tahun belakangan, nyatanya tak membuat fans Liverpool memusuhi Benitez. Mereka bahkan tetap menjadikan dirinya, sebagai satu dari lima pelatih paling berpengaruh dalam sejarah klub, bersama Bill Shankly, Bob Paisley, Joe Fagan, dan Sir Kenny Dalglish.
Rasa hormat yang sama juga diterimanya, saat ia mendampingi Newcastle United di Anfield. Jadi, hubungan baik yang selama ini sudah terjalin akan tetap baik-baik saja.
Terlepas dari rivalitas panjang Liverpool dan Everton, kedatangan Rafael Benitez di sudut biru Merseyside, akan menambah warna partai Derby kota pelabuhan. Untuk pertama kalinya, Rafa akan kembali hadir di partai klasik ini, tapi bukan di sudut merah.
Meski kedatangannya di Everton diwarnai pro-kontra dan keraguan, menarik ditunggu apakah Rafa mampu membalik keraguan tersebut, atau justru tenggelam olehnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H