Pada Sabtu (26/6) saya kembali mendapat kesempatan mengikuti webinar bersama KOTEKA Kompasiana. Kali ini, ada ibu Nana Yuliana, Ph.D. (Dubes RI Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Kuba, Haiti, Republik Dominika, Bahama, dan Jamaika) yang hadir sebagai narasumber secara virtual dari Havana, ibukota Kuba.
Mungkin, sebagian orang akan mengernyitkan dahi, jika melihat jumlah negara yang dibawahi. Tapi, meski banyak, negara-negara di kawasan Karibia ini berukuran tidak terlalu besar, dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak, jika dibandingkan dengan Indonesia.
Di antara negara-negara tersebut, Kuba menjadi negara berpenduduk paling banyak, dengan kisaran jumlah penduduk 11 juta jiwa. Negara berpaham sosialis ini dikenal punya sistem layanan kesehatan dan pendidikan yang mumpuni.
Tak heran, angka harapan hidup negara ini tergolong tinggi, yakni 79 tahun. Kasus infeksi virus Corona di sini juga masih berkisar di angka 174.000 kasus, dengan angka kematian berkisar di angka 1000 jiwa.
Ini tak lepas dari ketatnya penegakan protokol kesehatan ketat, yang benar-benar dijalankan secara tertib oleh semua pihak. Ada denda 25 US dollar (sekitar Rp. 300.000) bagi pelanggar, nominal yang tergolong sangat besar di sana. Akses penerbangan dari dan ke luar negeri dibatasi. Sekolah dan tempat ibadah juga masih ditutup.
Angka pertambahan kasus infeksi virus Corona di negara berbahasa nasional Spanyol ini relatif terkendali, karena pemerintah setempat juga konsisten memberlakukan jam malam.
Secara historis, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Kuba sudah berlangsung sejak tahun 1961, saat Fidel Castro dan Presiden Soekarno saling mengadakan kunjungan diplomatik.
Hubungan ini sempat mengalami putus-sambung di tahun 1965, tepatnya pasca tragedi G30S PKI, tapi tetap harmonis hingga kini.
Kembali ke situasi pada masa pandemi, Kuba menjadi satu negara yang mampu memproduksi vaksin sendiri. Ini tak lepas dari kemajuan bioteknologi mereka.
Secara total, ada lima jenis vaksin yang dihasilkan Kuba, yakni Sobrana 1, Sobrana 2, Sobrana-plas, Mambisa dan Abdala. Dari kelimanya, Abdala mempunyai persentase efektivitas mencapai 92%.
wisata pantai dan sejarah yang cukup populer bagi turis Eropa dan Amerika Serikat.
Sebelum pandemi, negara yang terkenal dengan cerutunya ini punyaWisata sejarah di sini umumnya berasal dari bangunan klasik peninggalan era kolonial Spanyol. Keunikan khas Kuba lain yang menjadi ciri khas di sana adalah musik bernuansa Latin dan Afrika, dan suasana kota bernuansa klasik, seperti kawasan Kota Tua di Jakarta dan Semarang.
Sebenarnya, ada begitu banyak hal menarik yang dibahas, atau ditanyakan di webinar kali ini. Hanya saja, keterbatasan waktu membuat tak semua bisa dijawab satu persatu. Meski begitu, materi bahasan yang padat berisi membuat waktu satu jam serasa berjalan begitu cepat.
Meski begitu, webinar ini tetap terasa menyenangkan, karena bisa piknik ke Kuba dari rumah saja, dan mengetahui sekilas kabar dari sana, tanpa harus nonton berita dengan wajah serius.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H