Ini penting, karena jika titik puncak itu dicapai terlalu cepat, hasilnya bisa antiklimaks. Kebetulan, ini pernah dialami oleh Timnas Belanda dan Kroasia di Euro 2008.
Kala itu, keduanya sama-sama tampil perkasa di fase grup, dan menjadi juara grup. Pada prosesnya, Kroasia sempat mengalahkan Jerman, yang di akhir turnamen melaju sampai ke final, sementara Belanda mampu menggasak Italia dan Prancis, dua tim finalis Piala Dunia 2006.
Berkat performa ciamik ini, banyak yang menyebut keduanya sebagai tim unggulan. Tapi, penampilan mereka justru antiklimaks di perempat final. Belanda takluk 1-3 atas Rusia, sementara Kroasia kalah adu penalti atas Turki.
Berangkat dari catatan itulah, keraguan dan kritik pada performa Timnas Inggris terasa aneh. Andai mereka mampu mencetak lebih banyak gol dan tampil sempurna di fase grup, jebakanlah yang akan datang.
Saya sebut demikian, karena tim ini akan dipuji setinggi langit sampai lupa daratan, tapi akan dicaci maki jika ternyata langsung angkat koper di perdelapan final.
Jadi, kritik yang saat ini datang justru membuktikan, mereka masih berada di jalur yang tepat. Menemukan performa terbaik tinggal soal waktu, karena mereka belum kehabisan bensin.
Jika mereka sudah menemukan itu pada saat yang tepat, rasanya status salah satu tim unggulan turnamen bukan lagi sebuah lelucon "lebay" khas media Inggris.
Mampukah Inggris membuktikan diri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H