Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kiprah Muram Timnas Turki

17 Juni 2021   17:19 Diperbarui: 18 Juni 2021   08:36 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen Aaron Ramsey berebut bola dengan Mert Müldür saat Wales kontra Turki dalam laga lanjutan Euro 2020 (17/6/2021). Sumber: Getty Images

Muram. Begitulah kesimpulan dari kiprah Timnas Turki di Euro 2020. Setelah sebelumnya kalah 0-3 dari Italia di laga perdana, Tim Bulan Sabit Bintang kembali kalah dari Wales dengan skor 0-2, Rabu (16/6).

Dalam laga melawan Wales, tim asuhan Senol Gunes bisa saja kembali kebobolan tiga gol, andai eksekusi penalti Gareth Bale masuk. Meski gagal mencetak gol, bintang Timnas Wales itu tetap bersinar, karena mampu membuat sepasang assist.

Meski belum benar-benar masuk kotak, peluang tim semifinalis Euro 2008 untuk lolos sebagai peringkat ketiga terbaik grup cukup berat.

Mereka harus menang besar atas Swiss di laga terakhir, yang dipastikan akan berjalan alot, karena Xherdan Shaqiri dkk juga membidik kemenangan untuk menjaga peluang lolos ke babak selanjutnya.

Melihat kiprah mereka di turnamen kali ini, rasanya cukup ironis, khususnya jika melihat kiprah selama kualifikasi. Di kualifikasi, Burak Yilmaz dkk sempat mengalahkan dan menahan imbang Prancis, tim juara Piala Dunia 2018.

Dari segi materi pemain, Timnas Turki sebenarnya punya materi cukup bagus di generasi terkini. Ada beberapa pemain bagus yang cukup dikenal pecinta sepak bola.

Di lini belakang, mereka punya Caglar Soyuncu (Leicester City) dan Merih Demiral (Juventus). Ada juga Ozan Kabak yang bermain di Liverpool pada paruh kedua musim lalu.

Aksi Burak Yilmaz, kapten Timnas Turki dalam laga fase grup Euro 2020 melawan Wales (Theguardian.com)
Aksi Burak Yilmaz, kapten Timnas Turki dalam laga fase grup Euro 2020 melawan Wales (Theguardian.com)
Di lini serang, mereka punya Hakan Calhanoglu, si jagoan bola mati yang musim lalu turut membantu AC Milan lolos ke Liga Champions. Ada juga Burak Yilmaz yang membantu Lille juara Ligue 1 Prancis.

Dari segi pengalaman, The Crescent Star memang cukup sering absen di turnamen mayor. Tapi, di tim kali ini mereka punya sosok berpengalaman, baik di atas lapangan maupun di pinggir lapangan.

Di atas lapangan, mereka punya Burak Yilmaz, eks anggota tim semifinalis Euro 2008 asuhan Fatih Terim. Di pinggir lapangan, ada Senol Gunes, pelatih yang membawa Timnas Turki ke semifinal Piala Dunia 2002.

Sekilas, bekal performa selama kualifikasi dan materi pemain yang ada, bisa membuat mereka jadi kuda hitam turnamen. Hal ini setidaknya bisa terlihat dari performa mereka di babak pertama partai pembuka versus Italia.

Kala itu, Ozan Kabak dkk sukses membendung gelombang serangan tim asuhan Roberto Mancini yang bermain agresif. Sayangnya, gol bunuh diri Merih Demiral di awal babak kedua, membuat mental mereka ambruk, dan akhirnya kalah telak.

Saat menghadapi Wales, yang diatas kertas lebih ringan dari Gli Azzurri, Timnas Turki sebenarnya mampu mendominasi penguasaan bola, dalam pertandingan yang menarik karena kedua tim saling jual beli serangan.

Masalahnya, serangan mereka kalah efektif dengan The Dragons, yang diotaki Gareth Bale. Pemain kidal milik Real Madrid itu mampu menjadi pembeda, dengan kemampuan individu dan visi bermain istimewa.

Efektivitas Aaron Ramsey dkk juga didukung dengan kemampuan mencetak gol di saat kritis. Terbukti, dua gol yang mereka buat di pertandingan ini tercipta di menit-menit akhir tiap babak.

Gol pertama membuat mereka bisa lebih mengontrol situasi, sementara gol kedua mengunci kemenangan. Ini seperti mengulang catatan gol tim Britania di pertandingan pertama melawan Swiss, kala mereka mencetak gol penyeimbang di akhir babak kedua.

Harapan untuk lolos memang masih ada buat Turki, walaupun tipis. Tapi, kiprah mereka di Euro 2020 ini membuktikan, performa bagus di kualifikasi belum tentu menjamin performa tim juga akan bagus di turnamen sebenarnya.

Karena, tekanan di turnamen selalu jauh lebih berat. Sekali ambruk, habislah sudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun