Restorasi setengah hati. Begitulah kesan pada situasi yang belakangan seperti sedang mengakrabi Tottenham Hotspur. Mungkin terdengar agak kasar, tapi itulah yang sedang terjadi.
Disebut demikian, karena tim dari kota London ini ingin berbenah menjelang musim baru, tapi malah mengalami kebuntuan. Akibatnya, rencana restorasi tim jadi terkesan kurang serius.
Sebelumnya, kesan "setengah hati" ini juga muncul, saat rival bebuyutan Arsenal memecat Jose Mourinho, hanya beberapa hari jelang final Piala Liga Inggris. Padahal, laga krusial sudah di depan mata. Andai Mou menang, ia bisa saja bertahan, dan klub tak perlu repot-repot mencari pelatih baru di bursa transfer musim panas.
Pada prosesnya, mereka sempat mendekati Antonio Conte, pelatih yang belum lama pergi dari Inter Milan, dan Fabio Paratici, direktur teknik yang belum lama ini hengkang dari Juventus.
Tapi, Conte belakangan menolak tawaran melatih Spurs, karena manajemen klub enggan memenuhi tuntutan sang Italiano untuk berbelanja pemain baru sekaligus membangun ulang tim.
Penyebabnya, tim yang ada saat ini kurang kompetitif untuk bersaing di papan atas Liga Inggris. Musim lalu, mereka memang mencapai final Piala Liga, tapi hanya finis di posisi tujuh, dan lolos ke Europa Conference League, kompetisi antarklub Eropa kasta ketiga.
Masalah serupa jugalah, yang membuat negosiasi dengan Paratici sempat macet. Beruntung, eks deputi Beppe Marotta ini tetap bisa didaratkan ke Inggris.
Jika melihat gelagat ini, wajar jika Spurs akan bersedia menjual mahal Harry Kane, atau pemain kunci lainnya, untuk mendapatkan dana segar.Â
Meski begitu, mereka akan dipaksa memulai semua dari nol lagi, karena tim dibangun ulang. Persis seperti saat Gareth Bale dan Luka Modric pergi ke Real Madrid beberapa tahun lalu.
Sebelum mendekati dan akhirnya ditolak Conte, The Lilywhites sempat mendekati Mauricio Pochettino untuk balikan.Â
Maklum, meski gagal meraih trofi, pelatih asal Argentina yang kini membesut PSG, tetap mampu membuat Spurs bersaing di papan atas, dan lolos ke final Liga Champions, meski modal belanja klub relatif seadanya, karena dana mereka banyak digunakan untuk membangun stadion baru.