Alasannya, El Pistolero dianggap sudah "habis" karena sempat absen lama karena cedera lutut, dan sudah mulai menua. Kebetulan, eks pemain Ajax Amsterdam juga sedang memasuki tahun terakhir kontraknya di Barcelona.
Sekilas, keputusan ini terlihat logis, meski sebenarnya ceroboh. Seperti diketahui, penyerang Timnas Uruguay itu adalah tandem sehati Lionel Messi di lini depan Barca, khususnya sejak Neymar hengkang ke PSG tahun 2017 silam.
Awalnya, Koeman membidik Memphis Depay sebagai pengganti. Apes, transfer urung terwujud karena Barca tak punya cukup dana. Gagalnya rencana ini membuat rencana taktik sang meneer jadi berantakan.
Alhasil, eks legenda Barca dipaksa mengandalkan Antoine Griezmann yang inkonsisten, dan Ousmane Dembele yang lambat panas, untuk mendukung Lionel Messi di lini depan.
Seperti biasa, Messi konsisten mencetak gol dan assist, tapi kedua pemain Timnas Prancis itu masih kesulitan untuk klop dengan sang kapten tim, seperti halnya saat Si Kutu masih berduet dengan Suarez.
Hasilnya bisa ditebak, grafik performa tim inkonsisten. Bukan hanya itu, Los Cules juga terlihat ringkih saat bertahan, karena sistem yang coba dibangun Koeman tidak berjalan sesuai rencana awal. Â Inilah kelemahan yang sukses dieksploitasi lawan.
Akibatnya, Barca sering kehilangan poin, baik saat menghadapi tim kuat macam Real Madrid dan Atletico Madrid, atau tim papan tengah seperti Granada dan Celta Vigo. Di Eropa, mereka jadi bulan-bulanan PSG yang dimotori si cepat Kylian Mbappe.
Situasi makin runyam, karena di pekan-pekan menentukan, The Catalans justru kehabisan bensin, di saat El Real dan Atleti rajin mendulang poin. Indikasi ini terlihat, di lima laga terakhir, dimana mereka hanya mampu meraih satu kemenangan, dua hasil imbang dan dua kekalahan.
Ironisnya, Luis Suarez justru mampu bersinar di Atletico Madrid, dan berpeluang meraih trofi juara liga. Andai Atleti juara, ini akan jadi de ja vu buat Barca, karena situasi serupa sempat terjadi di musim 2013/2014.
Kala itu, Barca menjual David Villa ke Atletico, untuk memberi tempat buat Neymar. Villa sendiri sebenarnya mengalami penurunan performa akibat imbas cedera parah di pertengahan musim 2011/2012, tapi justru sukses membantu Los Colchoneros meraih trofi Liga Spanyol.
Meski sukses meraih trofi Copa Del Rey dan mengamankan posisi empat besar, agaknya Barca perlu mulai bersiap untuk musim depan. Setelah menjalani satu musim penuh gejolak, mereka perlu memastikan semua aman terkendali, supaya paling tidak ada sedikit perbaikan di musim depan.