Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ironi

5 Mei 2021   09:57 Diperbarui: 5 Mei 2021   10:00 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar, pada akhirnya, aku pulang di penghujung tahun jahanam itu, tepat setelah semua urusan beres. Aku juga membawa pulang pampasan perang, yang bisa membantuku memperbaiki keadaan sambil beristirahat.

Jika diibaratkan sebagai sebuah pertempuran, aku bergerilya sepanjang tahun dengan kekuatan seadanya, tapi bisa menyerang balik musuh, dan menghancurkan benteng mereka.

Aku pulang dengan membungkam mulut peragu, meski mereka tetap mempersalahkan keputusanku. Aku kesal, tapi hanya ingin diam. Tak ada gunanya meladeni orang yang merasa diri paling benar.

Tapi, ketika perintah itu datang, aku tidak mau tinggal diam. Mereka sudah berpikiran seperti itu, lalu malah bersikap seenaknya. Apa-apaan itu? Memalukan.

Aku ingat, seberapa hebat mereka meremehkanku, dan nyaris tak pernah membantu sepanjang aku tinggal di sana. Aku benar-benar sendirian. Jadi, aku merasa, kali ini mereka sudah keterlaluan.

Aku sadar, aku akan dicap pelit, tapi aku hanya ingin menegur, meski tanpa berbicara, supaya mereka sadar atas kekeliruannya.

Meremehkan orang lain kadang memang jadi kebiasaan buruk mereka, tapi bukan berarti mereka boleh mematikan urat malu  semaunya.

Sudah banyak contoh, dimana orang bersikap keterlaluan dan hanya berkata "maaf" dengan ringannya. Di sisi lain, ia tak tahu, kerusakan macam apa yang sudah dia buat.

Aku hanya tak ingin mereka seperti itu juga. Apapun alasannya.

O ya, aku juga memutuskan untuk tidak ikut pergi ke desa saat lebaran nanti, karena memang ada larangan untuk bepergian. Ini sedang pagebluk, dan aku tak mau ambil resiko.

Semua sudah jelas, tak perlu dijelaskan lagi. Aku tak peduli apa kata mereka nanti. Aturan tetap aturan, dan tak ada ruang untuk sikap memalukan. Titik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun