Kembali berawal dari sebuah skema serangan balik cepat, Stuart Dallas sukses menjebol gawang Ederson untuk yang kedua kalinya. Alhasil, Leeds sukses mencuri tiga poin di Etihad Stadium.
Secara statistik, cara main Leeds terlihat mirip gaya main sangat defensif ala Jose Mourinho. Tapi, pressing ketat khas Bielsa membuat permainan Leeds masih enak dilihat.
Ada upaya mengejar dan merebut bola, sambil berusaha menyerang balik lawan. Hasilnya efektif, karena City yang terus menyerang sepanjang laga jadi lengah karena lupa mundur saat harus bertahan.
Efektivitas serangan dan antisipasi pada serangan balik cepat ini jelas menjadi satu kelemahan klasik khas Pep Guardiola, yang rawan dieksploitasi lawan. Apalagi jika lini serang tim lawan punya pemain berkualitas.
Di sisi lain, kemenangan Bielsa kali ini jadi sebuah pertunjukan seni bertahan  yang sangat menarik. Karena, Leeds benar-benar bermain sebagai sebuah tim yang kompak: menyerang bersama, dan bertahan bersama.
Mungkin, inilah satu alasan, mengapa Pep sangat menghormati pelatih asal Argentina, karena dalam kondisi tak ideal sekalipun, ia tetap berpegang teguh pada prinsip, dan mampu membuktikannya di lapangan.
El Loco (Si Gila) memang dikenal nyentrik, tapi itu berbanding lurus dengan keteguhannya, termasuk dalam hal berproses. Darinya kita bisa melihat, bertahan pun adalah satu hal yang enak ditonton, seperti halnya saat menyerang. Bagaimanapun, keduanya adalah bagian tak terpisahkan dalam sebuah pertandingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H