Pada saat bersamaan, aku melihat lagi pemandangan ganjil itu: sang bos masih bisa bepergian, bersenang-senang, tapi dengan enaknya memberi tekanan hebat. Jujur, rasanya seperti masuk ke lubang yang sama.
Bodoh sekali.
Apa boleh buat, di akhir masa magang, aku memilih pergi. Tepatnya, kembali ke rumah. Mengerjakan yang bisa dikerjakan, sambil mengobati luka karena dua kali masuk lubang yang sama, meski masih ada dikte di sana-sini.
Tapi, apa yang terjadi?
Saat aku seharusnya mulai bisa segera bergerak, halangan lain datang dari virus penyebab pagebluk itu.
Sebenarnya bukan aku, tapi orang lain yang kena. Sayangnya, satu rumah kena imbas. Isolasi ini membuatku mati langkah.
Menyakitkan.
Entah akan seperti apa lagi keadaan nanti. Tapi, semua itu membuatku ingin rehat. Aku ingin menghilang sejenak dari semua kekacauan ini.
Dalam lelahnya, diriku berkata tegas,
"Saatnya istirahat, lupakan sejenak, sembuhkan luka."
Rasa sakit akibat situasi sulit dan menyakitkan ini membuatku merasa lelah. Tapi, aku benar-benar belajar darinya.