Sebenarnya, "artificial noise" ini sudah lama digunakan di stadion, untuk menyemarakkan suasana. Tapi, kehadirannya baru benar-benar disadari, saat pertandingan berlangsung di stadion kosong.
Meski terasa aneh, inilah satu fitur yang akan mewarnai sepak bola nasional, setidaknya sampai situasi dinyatakan kembali normal.
Turnamen ini memang jadi ajang simulasi sekaligus adaptasi, sebelum kompetisi liga bergulir. Tapi, momentum ini seharusnya bisa dimanfaatkan, untuk mengedukasi suporter supaya taat aturan, dan tak anarkis.
Kebetulan, efek hukumannya cukup serius: jika suporter sampai datang ke stadion, apalagi berbuat rusuh, rekomendasi dari pihak berwenang akan sulit keluar. Tentunya, ini akan merugikan sepak bola nasional, yang sudah setahun terakhir dipaksa "libur" gegara pandemi.
Jadi, ini kesempatan baik untuk menanamkan kesadaran positif kepada suporter, sehingga situasi tetap kondusif, karena mereka sudah bisa berpikir jernih.
Kalau suporter sudah dewasa, menyuarakan "chant" rasis apalagi berbuat anarkis rasanya sulit. Tapi, itu tergantung dari kejelian setiap pihak terkait memanfaatkan momentum ini.
Selebihnya, mari kita melihat gelaran Piala Menpora ini sebagai bagian dari proses "restart" sepak bola nasional, setelah libur panjang akibat imbas pandemi. Siapa tahu, ada kemajuan lain setelahnya.
Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H