Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Timnas Inggris dan Pemain Keturunan

17 Maret 2021   23:16 Diperbarui: 17 Maret 2021   23:20 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka juga cukup gemar melebih-lebihkan sorotan pada pemain muda berbakat, dan pada akhirnya membuat si pemain layu sebelum berkembang, atau berakhir menjadi "produk gagal".

Di sini, ada Jack Wilshere, eks pemain Arsenal yang kini bermain di kasta kedua Liga Inggris bersama Bournemouth. Pada masa mudanya, eks pemain West Ham ini digadang-gadang akan menjadi bintang, tapi, sorotan berlebih media plus rentetan cedera malah membuatnya terpuruk, dan gagal mengoptimalkan potensinya.

Kebiasaan "toxic" media Inggris ini juga ikut meracuni Timnas Inggris di hampir setiap turnamen yang mereka ikuti. Ada prediksi rasa ekspektasi, dan harapan berlebih yang justru jadi beban.

Akibatnya, mereka tak pernah juara di turnamen besar sejak 1966. Paling jauh, mereka hanya jadi semifinalis Piala Dunia (1990 dan 2018) dan Piala Eropa (1996).

Selebihnya, biasa saja. Disebut demikian, karena mereka hampir selalu punya pemain berkualitas, tapi kerap kesulitan di laga krusial. Dari era Gary Lineker, Alan Shearer, Wayne Rooney, sampai Harry Kane, masalah ini hampir selalu terulang.

Bisa jadi, inilah satu alasan, mengapa Musah dan Musiala memilih timnas negara lain. Jadi, ini murni karena alasan teknis. Sebagai pemain muda, penting bagi mereka untuk bebas dari hal "toxic" supaya bisa berkembang optimal.

Di sisi lain, ini juga menunjukkan, pesepakbola di era modern sudah semakin cerdas. Mereka sudah mampu memprioritaskan hal teknis ketimbang sentimentil, demi kebaikan mereka.

Jadi, penting untuk federasi membuat program yang jelas dan berkualitas. Semakin baik programnya, akan semakin mampu menarik pemain datang tanpa harus dibujuk, sekalipun mereka tinggal di negara lain.

Menariknya, kasus Musah dan Musiala ini menunjukkan, seberapa menentukan pengaruh gaya sorotan media dalam menentukan pilihan seorang pemain muda. Semakin wajar, maka semakin baik, tapi jika sudah terlalu "toxic" itu bisa merusak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun