Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Tanpa Kata

10 Maret 2021   00:00 Diperbarui: 10 Maret 2021   00:05 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Diam itu emas"

Entah sudah berapa kali kudengar kalimat klasik itu, sampai kadang aku merasa bosan.

Tapi, kalimat itu seperti membawaku ke pusaran memori nan rumit.

Ada beberapa kali momen, saat kalimat itu datang, dan membantuku bertindak. Ia selalu hadir, di lingkungan tempat semua orang ingin berbicara.

Entah di rumah, entah di tempat lain, lingkungan itu banyak kujumpai. Jujur saja, semua itu membuatku terlihat lemah dan payah. Di saat semua ingin tampil dan didengar, aku malah jadi pendengar.

Duduk manis seperti orang terhipnotis, kadang sampai berjam-jam. Aku memang bukan seorang psikolog, tapi aku sudah melakukannya.

Entah kenapa, diam yang kadang menyebalkan itu justru berbicara sangat banyak, tentang ego tanpa ujung, lengkap dengan berbagai bentuknya.

Ia memperlihatkan semua itu kepada manusia tanpa mimpi ini, dan banyak bercerita di sana. Dalam diam, diam benar-benar menjadi emas, karena ternyata memberi banyak hal berharga secara cuma-cuma.

Ini mungkin terdengar agak konyol, tapi itulah yang biasa terjadi. Diam mengajakku melihat sisi lain dari apa yang kudengar dan kulihat. Kadang, ia bahkan memberikan semuanya tanpa sisa, seolah aku bocah yang sedang kelaparan.

Awalnya aku sedikit kebingungan, sebelum akhirnya menyadari, diam adalah persiapan terbaik untuk berbicara. Supaya, pada saat harus berbicara nanti, aku bisa mengatakan semua yang perlu kukatakan, bahkan tanpa harus berbicara, karena kenyataan sudah lebih dulu menjelaskan dengan gamblang.

Aku memang hanya membiarkan semua berjalan begitu saja. Tak ada mimpi, ego super besar untuk jadi tanpa tanding, atau semacamnya. Para motivator pasti akan bangkrut andai saja semua orang di dunia ini sama persis sepertiku.

Suram kan?

Tapi, jangan khawatir, inilah satu ruang nyaman buatku. Dunia yang tak selalu berkata lewat kata-kata, tanpa suara gaduh, tanpa banyak keributan.

Begitu tenang, begitu nyaman.

Inilah sebentuk kecil kedamaian, dalam rasa sepi, ditengah badai ketidakpastian dan setumpuk rasa kebingungan akibat ketidakberdayaan.

Diam menjadi teman yang paling banyak membantu. Apapun keputusan yang kuambil, entah benar atau salah, ia hanya akan berkata.

"Kubilang juga apa!"

Singkat, padat dan jelas.

Kurang apa lagi?

Ini memang bukan masa paling menyenangkan dalam hidup, meski bukan juga yang terburuk. Ada banyak masa lebih buruk dan gelap dari ini.

Aku hanya perlu diam, karena inilah yang memang sudah seharusnya kulakukan. Diam tak selamanya identik dengan keadaan lemah atau ketidakberdayaan.

Ia adalah cara kehidupan mempersiapkan mereka yang diam untuk berbicara pada saatnya, supaya yang tadinya berbicara kelewat banyak bisa gantian diam sejenak.

Tak semua perlu diperkatakan, karena dalam diam, realita selalu berbicara jujur, tanpa ada yang bisa membantah. Siapapun dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun