Contoh lainnya ada pada Totti, yang sempat duduk di jajaran direksi klub. Kebersamaan sang legenda dan Si Serigala harus berakhir, setelah ada ketidakcocokan dengan James Palotta, sang pemilik klub.
Meski berbeda nasib setelah pensiun dari lapangan hijau, loyalitas mereka selama bermain tetap banyak diapresiasi, karena selalu hadir dalam susah maupun senang.
Pergeseran makna loyalitas, dari kesetiaan menjadi kepatuhan makin terlihat jelas di masa pandemi seperti sekarang. Banyak orang "setia" yang harus "patuh" pada keputusan akhir perusahaan, meski keputusan itu tak sesuai harapan.
Di sini, loyalitas bukan sesuatu yang permanen, karena ia bisa berubah seiring waktu. Satu-satunya yang tetap hanya rasa hormat dan apresiasi terhadap dedikasi selama bertugas.
Pada akhirnya, loyalitas hanya sebentuk sikap profesional, karena tetap ada batasan. Ada kesetiaan, yang pada akhirnya berubah menjadi kepatuhan, saat harus berganti peran, atau bahkan berpisah. Bagaimanapun, setiap awal pasti akan bertemu akhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H