Belakangan, mereka mulai melakukannya, bahkan kepada tim yang belum sampai jadi juara. Ini misalnya terlihat, pada transfer Dayot Upamecano dari RB Leipzig. Bek tangguh asal Prancis ini bergabung dengan The Bavarians musim panas mendatang.
Fenomena kurang lebih mirip, tapi sedikit berbeda juga terjadi di Italia, dengan Juventus sebagai aktornya. Si Zebra mampu mendominasi liga sedekade terakhir, selagi tim rival masih saja inkonsisten.
Ini dapat terwujud, bukan hanya lewat cara mencomot pemain bintang tim rival, seperti pada kasus transfer Gonzalo Higuain dari Napoli, tapi juga juga dari kejelian manajemen mereka, seperti pada transfer gratis Andrea Pirlo dan Paul Pogba, atau transfer mahal saat mendatangkan Cristiano Ronaldo.
Tapi, fenomena ini sulit terjadi di Liga Inggris. Maklum, meratanya distribusi pendapatan, dan kuatnya permodalan dari pemilik klub mampu membuat sebuah tim berbelanja secara gila-gilaan.
Belum lagi, sokongan dana sponsor yang jumlahnya cukup besar, plus manajemen klub yang rata-rata sudah profesional. Itu baru soal finansial dan manajemen.
Soal teknis, selain banyak mendatangkan pemain atau pelatih kelas top, ada kemajuan teknologi yang juga digunakan dengan optimal. Mereka mampu menganalisis tim lawan secara mendalam, sampai menemukan kelemahan yang mampu dieksploitasi.
Inilah yang membuat tim juara bertahan sulit mempertahankan gelar. Siklus era sukses sebuah klub pun menjadi lebih pendek. Mereka cepat "habis" meski pada prosesnya dibangun dalam waktu tidak sebentar.
Jika pepatah mengatakan "don't change the winning team", maka rumus sukses di Liga Inggris justru berkata "keep changing the winning team.".
Alasannya sederhana saja. Tim yang sudah juara akan lebih mudah diantisipasi, kecuali jika mereka konstan melakukan perubahan. Entah dalam hal variasi taktik, membeli pemain baru, atau yang lainnya.
Boleh dibilang, Liga Inggris menawarkan tantangan level berikutnya, untuk tim yang ingin mendominasi liga. Caranya bukan lagi menggembosi kekuatan tim juara, tapi dengan melakukan modifikasi, untuk meningkatkan kekuatan tim secara konsisten.
Sederhananya, kompetisi di Liga Inggris bukan hanya bicara soal materi pemain, tapi lebih dari itu. Inilah yang membuat persaingan Liga Inggris lebih intens, meski ini membuat siklus era sukses sebuah tim jadi pendek.