Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menyikapi Infodemi di Masa Pandemi

9 Januari 2021   05:29 Diperbarui: 9 Januari 2021   09:07 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Freepik.com)

Di era digital ini, informasi menjadi satu hal yang sangat mudah didapat. Jumlahnya pun sangat banyak, dengan kecepatan update luar biasa.

Kemudahan ini tentu akan banyak membantu orang untuk selalu up to date dengan situasi atau tren yang berkembang. Tapi, bukan berarti semua akan baik-baik saja, terutama di masa pandemi Corona seperti sekarang.

Penyebabnya, ada efek samping yang bisa jadi cukup berbahaya, terutama jika tak dicermati dengan baik. Di masa pandemi, efek samping itu disebut sebagai Infodemi.

Secara umum, Infodemi dapat diartikan sebagai informasi berlebih akan sebuah masalah, sehingga kemunculannya dapat mengganggu usaha pencarian solusi terhadap masalah tersebut, bahkan memperburuk keadaan.

Meski tak perlu diobati dengan penanganan medis, cara kerja Infodemi cukup mirip dengan penyebaran virus: bisa menyebar dengan sangat cepat, dalam cakupan wilayah luas.

Daya rusaknya akan semakin hebat, jika ada hal-hal sensitif yang ikut membumbui, seperti politik dan SARA. Apalagi, jika media punya sudut pandang tidak objektif.

Kalau sudah begini, bukan informasi tapi racunlah yang didapat khalayak. Hilangnya nilai objektivitas dalam suatu informasi hanya akan menghasilkan sentimen keberpihakan. Kalau sudah begini, ujungnya debat kusir, seperti pada masa Pemilu 2019 dulu.

Belum lagi, jika pengambil keputusan atau pihak terkait kurang cermat dalam mengambil keputusan. Bukannya membantu, kepanikanlah yang didapat.

Masalah akan semakin kompleks, jika pihak-pihak yang sebenarnya kurang kompeten, ikut berbicara tentang isu kesehatan. Belum tentu mencerahkan, tapi bisa saja menambah keresahan.

Dalam situasi saat ini, penambahan jumlah kasus baru penderita virus Corona yang terus meningkat, justru menunjukkan, seberapa merusak efek samping Infodemi lainnya, yakni menimbulkan rasa jenuh dan ketidakpedulian di masyarakat.

Terlalu banyaknya jumlah informasi yang beredar, khususnya yang menyebar perspektif ketakutan, justru bisa jadi bumerang. Kadang, rasa takut berlebihan bisa mendorong orang untuk bertindak nekad.

Inilah yang belakangan sering kita lihat. Sedihnya, jumlah informasi yang bermuatan perspektif positif justru terbatas, padahal, informasi beginilah yang saat ini lebih dibutuhkan.

Otomatis, kita perlu melakukan "diet" terhadap asupan informasi, supaya kesehatan mental dapat tetap terjaga, meski tak pergi piknik. Kita perlu memilah, mana yang penting dan tidak. Dengan demikian, kita bisa tetap berpikir waras, dan bertindak tepat.

Saya bukan mengajak Anda untuk menjadi apatis, tapi ini soal kesadaran diri. Jika kita punya kesadaran diri yang baik, tanpa perlu diatur ketat di sana-sini pun, semua akan baik-baik saja, karena kita tahu mana yang baik dan buruk.

Tentu akan perlu waktu untuk membangunnya, karena ini berkaitan dengan mentalitas. Meski terlambat, ini perlu segera dibangun, supaya kerusakan akibat Infodemi bisa segera diperbaiki. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun