Di antara semua tahun yang sudah saya jalani sejauh ini, mungkin tahun 2020 adalah tahun paling absurd. Kok bisa?
Penyebabnya, ada Corona yang menyebar ke seluruh dunia. Bukan, ini bukan bir favorit Dominic Toretto di film baku hamtam campur balapan.
Ini virus mematikan yang memaksa banyak orang di seluruh dunia jadi kaum rebahan. Untuk pertama kalinya, rebahan jadi kewajiban. Piknik? Lupakan saja!
Boleh dibilang, tahun 2020 ini adalah tahun paling susah sinyal, seperti sinyal antena TV saat cuaca sedang ambyar.
Luar binasa.
Kalau boleh jujur, sebagai seorang yang masih "solo" alias jomblo, saya bersyukur ada situasi seperti ini. Dengan adanya pandemi, saya terhindar dari koor pertanyaan "kapan kau punya pacar?" dari keluarga besar.
Bukannya tidak mau menjawab, tapi saya malas merunutnya, karena setelah punya pacar pun, masih ada sekuel pertanyaan "kapan" yang lainnya.
Seperti film "Mission Impossible"-nya Tom Cruise, "kapan" jadi pertanyaan berseri. Ada, "kapan kawin?", "kapan punya anak?", "kapan nambah anak?", "kapan pindah kerja?".
Dan seterusnya, sampai suara Doraemon jadi semerdu suara Agnes Monica, ayam punya gigi, dan lebaran kuda jadi hari libur nasional.
Di umur yang otewe kepala tiga begini, hal-hal seperti ini jadi agak sensitif. Apalagi, kalau sebagian teman sebaya sudah beranak pinak, meski belum sampai punya cucu.
Saya sebenarnya biasa pakai ilmu bajaj alias ngeles, tapi, kalau terlalu sering ngeles, bisa-bisa kecemplung di got. Minimal nabrak warung tenda "amigos" alias agak minggir got sedikit. Repot kan?