Padahal, jika gengsi itu dibuang, wujud aslinya tak sesangar bayangan awal. Boleh dibilang, yang membuatnya tampak sangat mahal bukan biayanya, tapi gengsi berlebihan. Selama bisa bergaya hidup wajar, semua akan baik-baik saja.
Persetan dengan teori rumit soal efek sampah sisa makanan bagi lingkungan, karena selama pandangan dasarnya "makan untuk hidup", bukan "hidup untuk makan", makanan yang disantap pasti akan dilahap sampai habis, demi memenuhi salah satu kebutuhan dasar, untuk tetap bertahan hidup sebagai manusia.
Dalam keadaan biasa, menyisakan makanan mungkin masih menjadi gaya hidup negatif sebagian orang, misalnya bagi mereka yang pesan makanan hanya untuk diunggah di media sosial. Tapi, pada masa pandemi seperti sekarang, saya yakin, kebiasaan buruk ini sudah berkurang.
Malah, pandemi ini akan memberi efek jera, kepada mereka yang terbiasa menyisakan makanan. Tak ada lagi ruang untuk mengulang kebiasaan buruk, karena situasi sulit akibat pandemi sudah memberi pelajaran teramat mahal.