Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Lain Bagus, Lain Brylian

28 November 2020   18:19 Diperbarui: 28 November 2020   22:17 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagus Kahfi dan Brylian Aldama (Dok. PSSI)

Setelah beberapa pekan terakhir dikabarkan akan merapat ke FC Utrecht, Bagus Kahfi, pemain muda asal Indonesia akhirnya batal bergabung dengan klub Eredivisie Belanda itu. Penyebabnya, tak ada kata sepakat, antara FC Utrecht dengan Barito Putera selaku klub induk Bagus.

Kabar ini lalu memantik drama di media sosial, karena manajemen Laskar Antasari dianggap menghambat kesempatan si kribo bermain di Eropa. Padahal, pada saat bersamaan Brylian Aldama, rekan seangkatannya, bersiap dilepas Persebaya Surabaya ke HNK Rijeka (Kroasia).

Pertanyaannya, bagaimana situasi yang sebenarnya terjadi? Mari sedikit saya jelaskan.

Meski sama-sama membidik peluang bermain di Eropa, situasi dua pemain remaja ini agak berbeda. Benar, keduanya memang dinaungi agensi pemain internasional, dan direkomendasikan Dennis Wise (Direktur Teknik Garuda Select) untuk bermain di Eropa. Secara strategis, ini membuka peluang mereka bermain di Eropa.

Sebagai informasi, Bagus Kahfi diageni  X-One Agency, atau satu agensi dengan Iksan Fandi, putra Fandi Ahmad (legenda Timnas Singapura) yang saat ini bermain di FK Jerv, klub kasta kedua liga Norwegia. Kebanyakan pemain di agensi ini memang bermain di liga negara-negara Skandinavia, khususnya Norwegia.

Faktor keberadaan Dennis Wise dan agensi internasional ini memang bisa membantu Bagus bermain di Eropa.

Tapi, ada situasi yang banyak disalahpahami sebagian media dan warganet kita. Alhasil, Barito jadi kambing hitam saat Bagus batal bergabung di klub masa muda Wesley Sneijder ini.

Pertama, pemain asal Magelang ini awalnya datang ke klub masa muda Marco Van Basten bukan untuk trial, tapi untuk melanjutkan program rehabilitasi pemulihan cederanya. Seperti diketahui, penyerang muda ini sempat mengalami cedera ligamen engkel, saat bermain bersama Garuda Select di Inggris.

Pada awalnya, ia memang dititipkan kepada Dennis Wise setelah operasi engkelnya sukses di Inggris. Legenda Chelsea ini lalu menitipkannya ke FC Utrecht, untuk program rehabilitasi lanjutan.

Eks direktur teknik Newcastle United ini memang dikenal punya jaringan relasi cukup luas, karena memang pernah berperan sebagai pemain, pelatih, dan direktur teknik di Inggris. Tapi, agensinya lah yang coba lebih jauh, untuk mereferensikan Bagus agar direkrut FC Utrecht.

Boleh dibilang, Bagus berstatus sebagai pemain yang sedang "numpang latihan" di klub juara Johan Cruyff Schaal 2004. Tidak menutup kemungkinan, langkah ini diambil Bagus atas seizin Barito, supaya ia bisa pulih setelah ditangani secara optimal. Kebetulan, selain karena pertimbangan mutu penanganan, kompetisi sepak bola di Indonesia sedang mati suri akibat imbas pandemi.

Masalahnya, saudara kembar Bagas Kaffa ini masih punya ikatan kontrak dengan Barito. Jadi, Utrecht harus mengontak Barito untuk mengajukan penawaran resmi, yang sayangnya berakhir buntu.

Di sini, Utrecht terlihat tak ngebet mengontrak Bagus. Ibarat orang ingin beli gadget, ia baru bertanya soal harga, tapi belum tentu beli, karena kondisi si pemain juga belum pulih benar.

Gaya rekomendasi seperti ini, jelas adalah satu dari sekian banyak rekomendasi agen atau pencari bakat yang mereka terima. Hal ini merupakan cara umum dalam sepak bola modern.

Tak mungkin mereka merekrut semua nama yang masuk tanpa pertimbangan matang. Bagaimanapun, klub ini menjalankan proyek profesional jangka panjang, dan harus cermat dalam merekrut pemain. Maklum, mereka tak punya cukup banyak dana transfer, apalagi dalam situasi seperti sekarang.

Masalah lain yang jadi "kartu mati" Bagus adalah, klub-klub asal Eropa barat biasanya lebih memprioritaskan talenta lokal untuk tim junior, kecuali jika pemain tersebut dianggap punya kualitas di atas rata-rata alias istimewa, itupun kebanyakan berasal dari Amerika Latin atau Afrika, sangat jarang yang berasal dari Asia seperti Son Heung-Min (Korsel) yang memulai karier Eropa di tim junior Hamburg SV (Jerman).

Tentunya, kita paham betul, seberapa tinggi standar level "di atas rata-rata" menurut Eredivisie, liga yang memang rutin mengorbitkan pemain berkualitas kelas dunia. Jadi, boleh dibilang, sebagian media kita agak "ge-er" karena Bagus sebetulnya hanya "dititipkan" Dennis Wise "numpang latihan", bukan "trial", untuk memulihkan kondisi fisik di Belanda.

Situasi ini berbeda dengan Brylian Aldama, yang kontraknya memang sudah kadaluarsa bersama Persebaya Surabaya. Pemain yang diageni Forza Sports Group (Belanda) ini praktis hanya tinggal mengurus proses administrasi seperti visa, karena berstatus pemain bebas transfer.

Secara kronologis, minat HNK Rijeka pada Brylian memang masuk akal. Maklum, ia memang ikut pelatnas Timnas U-19 di Kroasia, dan dipantau langsung klub juara Liga Kroasia 2016/2017, selain tentunya direferensi sang agen.

Kepindahan arek Suroboyo ini ke eks klub Andrej Kramaric (penyerang timnas senior Kroasia era kekinian) memang tak terlalu heboh di awal, tapi semuanya serba pasti. Ada kontrak selama 18 bulan yang mengikat, dan proyeksi yang jelas, dengan dirinya ditempatkan di Tim U-23 lebih dulu.

Melihat situasinya, langkah ke Eropa Timur juga bisa diambil Bagus. Dengan catatan, fisik dan mentalnya sudah benar-benar siap, dan Barito memang mendapat klub peminat serius, bukan cuma "iseng bertanya" seperti Utrecht.

Menariknya, kasus transfer Bagus Kahfi dan Brylian Aldama seolah menjadi "tutorial" aktual, tentang bagaimana "do" dan "don't" terkait berita transfer pemain muda kita ke luar negeri. Tak perlu didramatisasi.

Berita seperti ini memang sudah seharusnya hanya diinformasikan saat sudah resmi, atau ada pemberitaan dari media asing yang benar-benar kredibel, supaya tak ada salah paham atau kekecewaan tak perlu. Jika sudah resmi pun, kita harus tetap memastikan, tak ada sorotan berlebih, supaya si pemain bisa berkembang optimal.

Bisa 'kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun