Melihat rivalitas kedua tim, ini jelas sebuah momen langka nan istimewa. Hanya Ronaldinho yang pernah mendapat perlakuan serupa di tahun 2005.
Karya terbesar dan terlengkapnya di sepak bola terukir di Piala Dunia 1986. Disebut besar, karena ia mampu menginspirasi Argentina, tim yang hampir saja tak lolos kualifikasi, menjadi tim juara dunia.
Disebut lengkap, karena sosok berkaki kidal ini menampilkan kehebatan dan kontroversi secara bersamaan. Kombinasi inilah yang membuatnya unik.
Dalam hal kehebatan, torehan bola emas, trofi Piala Dunia, dan gol cumlaude nya ke gawang Inggris di perempat final membuatnya diingat dengan decak kagum dan rasa hormat. Meskipun, di turnamen yang sama, kehebatan ini dilengkapinya dengan gol kontroversial "Tangan Tuhan" ke gawang Inggris.
Mungkin, ia bukan orang yang ditakdirkan bersinar sebagai pelatih, seperti saat bermain dulu. Tapi, dari cerita hambar di karir kepelatihannya, ada satu mimpi dirinya dan publik Negeri Tango yang benar-benar terwujud: melatih Albiceleste di Piala Dunia.
Momen ini terjadi di Piala Dunia 2010. Meski akhirnya tersingkir di perempat final, inilah momen spesial, yang akan membuat namanya tetap diingat. Karena, disinilah momen "pendewasaan diri" Lionel Messi bersama Timnas Argentina.
Terlepas dari masalah kesehatan dan riwayat kecanduan narkotikanya, aksi ajaib dan karya hebat El Diego di sepakbola tetap membuatnya layak menjadi salah satu yang terbaik sepanjang masa. Tanpa perlu meraih trofi Liga Champions dan Ballon D'or, semua sudah mengakuinya.
Malah, perpaduan hitam putih inilah yang membuatnya unik dan spesial, karena ia benar-benar menjadi diri sendiri. Inilah yang membuatnya abadi, meski dirinya telah berpulang.
Descanso En Paz (Rest In Peace)Â Diego Armando Maradona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H