Tapi, petualangan singkat pemain kelahiran 20 Januari 1994 ini di Malaga ternyata menjadi sekuel awal perjalanannya sebagai seorang pemain "petualang". Kok bisa?
Penyebabnya, eks pemain Timnas Brasil U-20 ini lalu dipinjamkan ke Vitesse Arnhem (klub Eredivisie Belanda) dan Eintracht Frankfurt (klub Bundesliga Jerman) selama dua musim beruntun. Di kedua klub ini, ia mendapat cukup banyak menit bermain, dan mencetak beberapa gol maupun assist.
Sekembalinya dari Belanda dan Jerman, Piazon kembali dipinjamkan Chelsea. Kali ini, ia mendapat kesempatan untuk bermain di Championship Division Inggris bersama Reading 2015-2016) dan Fulham (2016-2018).
Di kedua klub kasta kedua Liga Inggris ini, ia kembali mendapat banyak menit bermain. Bukan hanya itu saja, eks pemain Timnas Brasil U-23 ini juga turut membantu Fulham promosi di akhir musim 2017-2018.
Tapi, sang Brasileiro lalu menghabiskan paruh pertama musim 2018-2019 di tim reserve Chelsea, sebelum akhirnya kembali dipinjamkan di paruh kedua musim. Kali ini, Chievo Verona menjadi klub tujuan berikutnya.
Sayang, kiprahnya di Italia menjadi satu episode suram. Selain hanya mencatat 4 penampilan sebagai pemain pengganti di Serie A Italia, ia juga harus rela mendapati I Gialloblu turun kasta di akhir musim.
Petualangan Piazon kembali berlanjut, saat Chelsea kembali meminjamkannya ke klub lain pada awal musim 2019-2020. Kali ini, Rio Ave meminjam tenaganya selama dua tahun.
Di klub Superliga Portugal ini, Piazon akhirnya mendapat cukup banyak kesempatan bermain, bukan hanya di liga atau piala domestik, tapi juga di Liga Europa. Ia ikut ambil bagian, saat timnya kalah adu penalti melawan AC Milan di babak kualifikasi.
Mengingat usia dan sisa kontraknya yang hanya tinggal setahun, agaknya ini akan jadi petualangan terakhir Piazon sebagai seorang pemain Chelsea. Di klub favoritnya ini, ia telah menyaksikan, bagaimana perjalanan kebijakan transfer pemain muda klub, dan masih bertahan meski dipinjamkan ke sana kemari.
Mungkin, ia tak seberuntung Mohamed Salah, Romelu Lukaku, atau Kevin De Bruyne, yang akhirnya bisa bersinar terang. Tapi, ia menjadi satu kasus unik dan langka, karena meski setia dengan status sebagai pemain Chelsea, dirinya sudah mencicipi berbagai macam liga top Eropa.
Selain Liga Inggris, dan Championship Division, kerasnya kompetisi Eredivisie Belanda, Bundesliga Jerman, La Liga Spanyol, Serie A Italia, dan Superliga Portugal telah dicicipinya. Bukan hanya itu, pengalaman bermain di Liga Champions dan Liga Europa juga sudah dirasakannya.