"Happy Long Weekend"
Begitulah bunyi kalimat yang ramai menghiasi media sosial, menyusul libur "long weekend" di penghujung bulan Oktober. Suasana liburan makin terasa, karena banyak orang berlibur ke berbagai tempat di Indonesia.
Tapi, dengan situasi serba sulit seperti sekarang, rasanya pergi berlibur adalah tindakan ceroboh. Khususnya, jika memperhatikan masalah kesehatan tubuh dan isi dompet.
Dan segi kesehatan tubuh, ada virus Corona yang masih belum bosan mencari mangsa. Dengan masih tingginya angka pertambahan kasus penderita COVID-19, berlibur keluar adalah satu hal berisiko, karena "protokol kesehatan" yang ada masih belum sepenuhnya efektif.
Meski bisa berguna untuk menjaga kesehatan mental, pergi berlibur jelas bukan pilihan logis saat ini. Apalagi, di negara-negara Eropa sudah mulai terjadi gelombang kedua virus Corona.
Jadi, daripada asyik bersenang-senang, akan lebih baik jika kita tetap waspada. Dengan begitu, kita bisa lebih siap menghadapi segala kemungkinan.
Akan konyol jika sepulang dari liburan, kita malah terkena virus Corona. Bukannya senang, susahlah yang didapat.
Dari segi kesehatan isi dompet, pergi berlibur di saat seperti ini jelas tindakan sembrono. Jika orang tersebut memang punya uang sangat banyak, dengan pemasukan yang terus menanjak, berlibur adalah satu kenormalan.
Tapi, dalam situasi sangat tidak normal seperti sekarang, ada begitu banyak orang yang penghasilannya jauh dari utuh. Ada yang terpotong signifikan, ada yang harus rela bekerja sukarela alias tanpa digaji.
Ini masih belum termasuk para pencari kerja, baik "fresh graduate" maupun "korban PHK karena Corona". Dalam keadaan biasa saja, kas sudah minus dan penuh ketidakpastian. Membuka peluang usaha dan liburan? Bisa, di alam mimpi!
Oke, mereka sudah berusaha mendaftar kerja kesana-kemari, tanpa kenal lelah. Tapi, ini hanya akan menambah ketidakpastian.
Dalam kondisi biasa, menunggu kabar dari perusahaan sudah seperti menunggu chat balasan dari si dia. Semua serba menggantung dan penuh tanda tanya.
Masalahnya, dalam kondisi seperti sekarang, situasi bisa jadi semakin rumit. Imbas pandemi Corona membuat perusahaan banyak yang harus berjuang mati-matian demi bisa bertahan hidup.
Banyak hal ekstrem yang bisa dilakukan, termasuk membatalkan iklan lowongan pekerjaan secara sepihak tanpa pemberitahuan. Kita hanya akan tahu, jika berani bertanya langsung. Kejam memang, tapi begitulah adanya.
Kalau sudah begini, mana mungkin berpikir soal liburan? Boleh saja orang berdalih ini perlu dilakukan demi menjaga kesehatan mental, tapi ini jelas sebuah pembodohan.
Apanya yang bagus dari berhura-hura saat kondisi dompet sedang gawat? Bukannya sehat, mental justru akan semakin sakit. Apalagi jika dompet sudah menjerit karena kehabisan isi, akibat pengeluaran yang sangat ceroboh.
Jadi, berdiam diri di rumah adalah opsi paling aman dan sehat. Kalaupun kangen dengan keluarga dan teman, kita bisa bertemu muka secara virtual. Ada teknologi yang sudah maju, kenapa tidak dimanfaatkan?
Kita juga bisa "mengisi baterai" dengan melakukan hal-hal lain, bisa membuat tulisan, seperti yang Anda baca sekarang ini, berselancar di dunia maya, entah mencari konten hiburan, lowongan kerja, atau bahkan tidur saja. Terserah kita.
Tidak ada yang salah, selama itu punya tujuan positif, benar, tidak merugikan siapapun, dan bisa bermanfaat. Dalam keadaan susah seperti ini, tidur nyenyak yang panjang sekalipun adalah satu berkat tersendiri.Â
Kalau hal sederhana saja bisa membahagiakan, tak perlu mengejar hal muluk, kecuali jika Anda memang sedang mengejar chef Renatta Moeloek.
Situasi sepanjang tahun ini memang lumayan gila karena imbas pandemi Corona, tapi kita harus tetap menjaga kewarasan, supaya tidak takluk oleh keadaan dan bisa semakin berkembang.
Happy Long Sleepend.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H