Dalam setahun terakhir, gonjang-ganjing dan Barcelona seolah menjadi satu paket tak terpisahkan. Mulai dari direksi sampai suporter, semua kompak ingin mendorong Josep Maria Bartomeu mundur dari jabatan presiden klub.
Memang, ini tak lepas dari kebijakan klub era Bartomeu yang terkesan serampangan. Mulai dari transfer pemain, sampai pengelolaan akademi La Masia, semua begitu kacau.
Alhasil, performa dan prestasi klub pelan tapi pasti terus menurun, bersama makin menuanya pemain pilar macam Gerard Pique, Sergio Busquets dan Lionel Messi.
Penurunan ini terjadi, segera setelah Blaugrana mencapai titik tertinggi, saat meraih Treble Winner tahun 2015. Puncaknya terjadi di musim panas lalu, dengan kekalahan 2-8 atas Bayern Munich di Liga Champions, musim tanpa gelar juara, dan saga transfer Lionel Messi sebagai highlight utama.
Tiga momen ini, sudah merangkum dengan sempurna, seberapa besar kekacauan di klub Catalan. Tak heran, desakan agar Bartomeu mundur terus menguat.
Ironisnya, dalam situasi seperti ini, Bartomeu masih saja membanggakan akademi La Masia, yang jelas-jelas mengalami kemandekan dalam beberapa tahun terakhir.
Terbukti, pemain berbakat macam Xavi Simmons saja memutuskan pergi ke PSG. Pemain jebolan La Masia baru mulai diperhatikan lagi, saat Ronald Koeman mulai bertugas di area teknik Nou Camp dengan proyek peremajaan tim.
Di bawah komando pelatih asal Belanda ini, pemain-pemain jebolan La Masia macam Riqui Puig dan Ansu Fati mulai diberi menit bermain. Begitu juga dengan pemain jebolan tim B macam Ronald Araujo (Uruguay).
Mereka, ditambah pemain muda berbakat macam Pedri, Trincao, dan Sergino Dest cukup lancar berpadu dengan pemain senior. Sebuah komposisi yang cukup menjanjikan.
Tapi, kondisi klub saat ini nyatanya sudah terlanjur berantakan. Manajemen yang morat-marit, ditambah kondisi keuangan klub yang terpukul imbas pandemi Corona, membuat upaya perbaikan di era kepelatihan Koeman bak jauh panggang dari api.
Benar, Barca sempat membuat awalan bagus, dengan meraih hasil positif. Sayang, kekalahan 1-3 di El Clasico menjadi penegasan, kalau Barca masih jauh dari kondisi ideal.