Jangan lupa, menulis bukan kegiatan yang pas, buat mereka yang selalu ingin instan. Menulis adalah satu kemampuan yang akan semakin tajam, jika rajin ditempa. Tentunya, lewat proses yang panjang dan tak mudah.
Di sisi lain, menghubungkan senja dengan kopi (kekinian) kadang tak kalah membingungkan. Kopi memang menjadi bagian dari gaya hidup kekinian, dan bisa menjadi "moodbuster" alias bahan bakar buat banyak orang, termasuk para penulis.
Masalahnya, tak semua orang doyan minum kopi saat senja. Ada yang doyan minum di pagi hari, bahkan tak doyan sama sekali.
Soal hubungan kopi dan menulis, sebenarnya juga tergolong relatif. Maklum, ada juga yang punya moodbuster selain kopi. Entah makan cemilan, tidur, atau yang lainnya.
Praktis, yang membuat senja, kopi, dan menulis menjadi relevan adalah jika ada rapat atau acara kopi darat para penulis di warung kopi. Satu lagi, minum kopi saat senja adalah hal wajar, bagi mereka yang kerja lembur, ingin menulis, atau sedang bertugas di malam hari.
Jadi, daripada mengagngkan mantra "senja, kopi, menulis", hanya demi terlihat "romantis, kekinian, dan intelek", ada kalanya ini perlu dilihat ulang, apakah sesuai dengan diri sendiri atau tidak. Jangan sampai, kita lupa siapa diri kita, akibat terlalu mengikuti "latah". Karena, latah tak pernah berumur panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H