Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sebuah Angka, Sebuah Cerita

10 Oktober 2020   10:21 Diperbarui: 10 Oktober 2020   10:37 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal partisipasi atau kontribusi, biasanya ada angka yang jadi penanda. Misalnya, saat satu momen pencapaian dicatat. Ada yang menandai "debut" atau penampilan pertama sebagai momen spesial, seperti halnya mereka yang sudah mencatat penampilan ke sekian ratus.

Ada juga yang menandai catatan "milestone"-nya di angka unik. Misalnya 111 atau 999, yang konon adalah "angelic number". Kebetulan, ini sempat dilakukan beberapa Kompasianer di Kompasiana.

Tapi, saya sendiri memilih menandai "milestone" ini di angka 1000. Bukan karena ini angka bulat, bukan juga karena ini 10 x 10 x 10. Ini adalah satu titik penanda perjalanan saya di sini.

Dengan angka yang hanya terdiri dari 1 dan 0, 1000 jadi satu pengingat buat saya, bahwa saya sudah mencapai satu titik, yang dimulai dari nol. Ini satu hal yang saya syukuri, karena saya mampu bertahan, dan terus berlanjut.

Istimewanya, momen ini kebetulan terjadi di tanggal cantik, yakni 10 Oktober 2020, alias 10-10-2020. Memorable sekali.

Memang, pada awalnya, saya sangat fokus di satu topik, tapi seiring berjalannya waktu, pelan-pelan itu melebar kemana-mana. Bukan karena saya bosan, tapi saya menemukan kesenangan sama besar di tiap topik.

Selama ide datang dan layak dieksekusi segera, tak ada masalah. Maklum, ide adalah sesuatu yang sifatnya usil; biasa datang tanpa diundang, dan pergi tanpa pamitan.

Mungkin ini terdengar menjengkelkan, tapi, dengan tak mengaturnya, justru rasa senang tetap sama. Dari sinilah ruang untuk berkembang selalu ada.

Hal menyenangkan lainnya, menulis membuat semua perbedaan pada manusia tersatukan oleh kata. Tak ada lagi dikotomi karena perbedaan kondisi fisik, agama, suku, atau yang lainnya.

Ini bisa terjadi, karena menulis adalah aktivitas yang menampilkan isi hati dan pikiran manusia secara gamblang. Inilah yang membuat menulis terasa spesial, karena benar-benar memanusiakan manusia.

Soal apresiasi, saya tidak ingin memaksakan kehendak untuk masuk nominasi atau memborong semua penghargaan yang ada. Jika diperbolehkan, saya akan sedikit iseng untuk mencoba mengikutinya, tapi apapun hasilnya, bukan saya yang berhak menentukan, tapi pembaca dan kompasianers semua.

Karena, sebuah tulisan, atau apapun itu, hanya layak disebut "bagus", jika orang lain berkata demikian. Jika tidak, itu hanya sebuah arogansi yang kelak jadi bumerang.

Ini memang sebuah titik penanda, dan perjalanan masih akan terus berlanjut. Terlepas dari segala kekurangan yang ada, tak ada yang perlu dipermasalahkan. Toh saya juga tak sempurna, tapi masih baik-baik saja.

Inilah rumah bagi tulisan-tulisan saya, yang juga telah memberi banyak hal berharga, termasuk rasa nyaman karena bebas jadi diri sendiri, terlepas dari ketidaksempurnaan yang saya punya.

Terima kasih, K!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun