Tak ada lagi yang bisa mereka lakukan, selain mengandalkan uang orangtuanya. Mereka tak bisa lagi berbalik arah, karena gengsi sudah mencucuk hidung mereka seperti seekor sapi.
Mereka memang selalu bicara hal besar, dan meremehkan mimpi kami, yang memang ingin hidup secara wajar. Kami sadar, segala sesuatu yang "tidak wajar" hanya akan menghasilkan ketidakwajaran dan kekacauan.
Pada saat pagebluk datang, kami melihatnya dengan jelas. Hukum rimba berlaku di awal, yang kuat menumbalkan yang lemah. Si kaya lesu darah, selagi kami dibiarkan terlunta-lunta menghadapi kenyataan.
Benar, pagebluk ini membuat aku harus berjuang lagi dari bawah, bersama orang-orang yang senasib. Kami memang jadi tumbal mereka, anak-anak manja itu.
Tapi jangan khawatir, ini bukan hal baru buat kami. Kami akan berjuang dengan apa yang kami punya sampai akhir, karena kami hanya ingin hidup tanpa jadi beban siapapun. Kami bukan mereka, dan tak akan pernah jadi sama dengan mereka, karena kami tak pernah dididik dalam kemudahan.