Di antara ketiganya, profil Slovan Bratislava adalah yang paling mentereng. Klub berjuluk Belasi (Si Biru Langit) ini sukses meraih 14 gelar Liga Slovakia dan 16 trofi Piala Slovakia.
Di tingkat benua, mereka juga pernah juara Piala Winners UEFA musim 1968/1969. Pada prosesnya, mereka mengalahkan Barcelona dengan skor 3-2 di final.
Tapi, jika berkaca pada pengalaman pemain kita yang sudah-sudah, tidak menutup kemungkinan, Egy akan bertahan sampai kontraknya habis dan pindah secara gratis.
Maklum, meski taksiran nilai transfernya (menurut Transfermarkt) berada di kisaran 100 ribu euro (sekitar 1.7 miliar rupiah), agak sulit mewujudkan transfer itu dalam kondisi seperti sekarang.
Pilihannya, pulang ke Indonesia, masih berada di Eropa, atau menjajal kemampuan di liga-liga Asia, entah Liga Jepang, Liga Thailand, atau yang lainnya, khususnya liga Asia yang punya kuota pemain asing Asia Tenggara.
Tapi, berhubung situasinya serba tidak menguntungkan, kini Egy harus pintar-pintar memilih klub. Di usianya yang kini sudah 20 tahun, perkembangannya agak terhambat, karena kekurangan menit bermain.
Di sepak bola modern, situasi Egy ini bukan kabar baik. Boleh saja ia ingin bertahan, memperjuangkan tempat di tim utama, seperti yang selama ini rajin dikatakannya.
Tapi, karena stagnasi dan situasi yang belakangan cenderung menurun, Egy perlu lebih realistis. Jangan sampai ia menjadi Syamsir Alam lainnya di sepak bola Indonesia.
Maka, Egy harus memastikan, jika harus pindah, klub tujuannya nanti bisa memberi ruang berkembang dan menit bermain memadai. Jangan sampai ia kembali hanya menjadi "bintang iklan" klub, seperti di klub kota pelabuhan Polandia.
Di sini, Si Kelok Sembilan bisa memanfaatkan koneksi luas Dusan Bogdanovic, agennya, yang punya koneksi bagus, khususnya di Eropa Timur. Kebetulan, agen pemain asal Serbia ini juga berkontribusi dalam transfer Witan Sulaeman ke Radnik Surdulica (Serbia).
Akan lebih baik baginya, untuk masih bertahan di Eropa, apalagi dengan kondisi liga Indonesia yang masih serba tidak menentu. Tak harus klub kasta tertinggi, yang penting bisa bermain reguler di tim utama, tentunya dengan tetap serius berlatih.