El Hero de Wembley alias Pahlawan Wembley. Itulah julukan khusus Barcelonistas, untuk Ronald Koeman. Julukan ini lekat dengan Sang Meneer, berkat gol tendangan bebas geledeknya di final Liga Champions musim 1991/1992.
Dalam laga melawan Sampdoria (Italia) di Stadion Wembley ini, Barca menang 1-0 berkat gol tunggal nan bersejarah Koeman di babak perpanjangan waktu. Inilah trofi juara Liga Champions pertama buat Azulgrana, trofi yang memahkotai era sukses "The Dream Team" arahan Johan Cruyff (Belanda).
Kala itu, Barca diperkuat pemain-pemain beken macam Andoni Zubizarreta, Ronald Koeman, Pep Guardiola, dan Michael Laudrup. Cruyff sendiri juga masih tercatat sebagai pelatih terlama dalam sejarah klub, dengan masa bakti 8 tahun, yakni antara tahun 1988-1996.Â
Koeman sendiri berseragam Biru-Merah antara tahun 1989-1995. Selain meraih titel Liga Champions pertama, "The Dream Team" Cruyff juga meraih empat trofi La Liga Spanyol secara beruntun antara tahun 1990-1994. Capaian ini masih menjadi rekor juara liga beruntun terbanyak sepanjang sejarah klub.
Setelah semua personel kunci "The Dream Team" Cruyff menapaki jenjang kepelatihan, baru Pep Guardiola saja yang pernah menjadi pelatih The Catalans. Meski hanya berlangsung selama 4 tahun, era Pep (2008-2012) disebut sebagai yang tersukses, karena mampu meraih berbagai trofi, termasuk sepasang trofi Liga Champions (2009 dan 2011).
Tapi, alumnus "The Dream Team" yang menjadi pelatih di tim utama Barca resmi bertambah, setelah Koeman kembali ke Catalunya. Kali ini, Sang Pahlawan Wembley diresmikan sebagai pelatih pengganti Quique Setien, Rabu (19/8). Di Barca, eks pelatih Timnas Belanda ini diikat kontrak selama dua tahun, dan akan didampingi Henrik Larsson (legenda Barca dan Timnas Swedia) sebagai asisten pelatih.
Jika melihat situasinya, sebagian Cules pasti merasa Xavi Hernandez lebih cocok ketimbang Koeman. Tapi, jika melihat situasi terkini tim, keputusan ini sudah tepat.
Dari segi pengalaman melatih, eks pilar Timnas Belanda era 1980-an ini tergolong kaya pengalaman. Selain pernah menjadi pelatih trio raksasa Eredivisie (Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven dan Feyenoord Rotterdam), ia juga pernah meraih trofi Piala Raja Spanyol bersama Valencia (2008), dan menjadi asisten pelatih Barcelona (1998-2000).
Jangan lupa, eks pelatih Southampton ini juga dikenal mampu mengorbitkan pemain-pemain muda. Mulai dari Zlatan Ibrahimovic dan Rafael Van Der Vaart di Ajax sampai yang terkini Matthijs De Ligt dan Frenkie De Jong di Timnas Belanda.
Rekam jejak inilah, yang diharapkan bisa membantu pembenahan Barca dari dalam lewat akademi La Masia. Kebetulan, meski berhasil mengorbitkan Ansu Fati, akademi La Masia sedang mengalami kemandekan dalam beberapa tahun terakhir.
Di ruang ganti, kehadiran eks pelatih Everton juga bisa memperbaiki moral tim dan optimisme di kalangan suporter yang sedang berantakan, menyusul kegagalan musim ini. Dengan statusnya sebagai legenda klub, mengontrol keadaan seharusnya bukan perkara sulit.