Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kembalinya Sang Pahlawan Wembley

20 Agustus 2020   13:46 Diperbarui: 20 Agustus 2020   14:29 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronald Koeman, pelatih baru Barcelona (tribunnews.com)

El Hero de Wembley alias Pahlawan Wembley. Itulah julukan khusus Barcelonistas, untuk Ronald Koeman. Julukan ini lekat dengan Sang Meneer, berkat gol tendangan bebas geledeknya di final Liga Champions musim 1991/1992.

Dalam laga melawan Sampdoria (Italia) di Stadion Wembley ini, Barca menang 1-0 berkat gol tunggal nan bersejarah Koeman di babak perpanjangan waktu. Inilah trofi juara Liga Champions pertama buat Azulgrana, trofi yang memahkotai era sukses "The Dream Team" arahan Johan Cruyff (Belanda).

Kala itu, Barca diperkuat pemain-pemain beken macam Andoni Zubizarreta, Ronald Koeman, Pep Guardiola, dan Michael Laudrup. Cruyff sendiri juga masih tercatat sebagai pelatih terlama dalam sejarah klub, dengan masa bakti 8 tahun, yakni antara tahun 1988-1996. 

Koeman sendiri berseragam Biru-Merah antara tahun 1989-1995. Selain meraih titel Liga Champions pertama, "The Dream Team" Cruyff juga meraih empat trofi La Liga Spanyol secara beruntun antara tahun 1990-1994. Capaian ini masih menjadi rekor juara liga beruntun terbanyak sepanjang sejarah klub.

Setelah semua personel kunci "The Dream Team" Cruyff menapaki jenjang kepelatihan, baru Pep Guardiola saja yang pernah menjadi pelatih The Catalans. Meski hanya berlangsung selama 4 tahun, era Pep (2008-2012) disebut sebagai yang tersukses, karena mampu meraih berbagai trofi, termasuk sepasang trofi Liga Champions (2009 dan 2011).

Tapi, alumnus "The Dream Team" yang menjadi pelatih di tim utama Barca resmi bertambah, setelah Koeman kembali ke Catalunya. Kali ini, Sang Pahlawan Wembley diresmikan sebagai pelatih pengganti Quique Setien, Rabu (19/8). Di Barca, eks pelatih Timnas Belanda ini diikat kontrak selama dua tahun, dan akan didampingi Henrik Larsson (legenda Barca dan Timnas Swedia) sebagai asisten pelatih.

Jika melihat situasinya, sebagian Cules pasti merasa Xavi Hernandez lebih cocok ketimbang Koeman. Tapi, jika melihat situasi terkini tim, keputusan ini sudah tepat.

Dari segi pengalaman melatih, eks pilar Timnas Belanda era 1980-an ini tergolong kaya pengalaman. Selain pernah menjadi pelatih trio raksasa Eredivisie (Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven dan Feyenoord Rotterdam), ia juga pernah meraih trofi Piala Raja Spanyol bersama Valencia (2008), dan menjadi asisten pelatih Barcelona (1998-2000).

Jangan lupa, eks pelatih Southampton ini juga dikenal mampu mengorbitkan pemain-pemain muda. Mulai dari Zlatan Ibrahimovic dan Rafael Van Der Vaart di Ajax sampai yang terkini Matthijs De Ligt dan Frenkie De Jong di Timnas Belanda.

Rekam jejak inilah, yang diharapkan bisa membantu pembenahan Barca dari dalam lewat akademi La Masia. Kebetulan, meski berhasil mengorbitkan Ansu Fati, akademi La Masia sedang mengalami kemandekan dalam beberapa tahun terakhir.

Di ruang ganti, kehadiran eks pelatih Everton juga bisa memperbaiki moral tim dan optimisme di kalangan suporter yang sedang berantakan, menyusul kegagalan musim ini. Dengan statusnya sebagai legenda klub, mengontrol keadaan seharusnya bukan perkara sulit.

Pengalaman melatih Koeman juga akan berguna di masa transisi Barca, khususnya jelang pemilihan presiden klub tahun depan. Alasan inilah, yang membuat sosok berjuluk Tintin lebih dipilih ketimbang Xavi, yang memang lebih ideal jika kondisi klub sedang stabil.
 
Meski bukan kandidat pelatih favorit, Koeman juga sudah paham betul soal filosofi bermain ideal klub. Jangan lupa, eks libero handal ini juga merupakan "saudara seperguruan" Pep di Barca, karena sama-sama pernah dilatih Johan Cruyff.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa penujunkan adik Erwin Koeman sebagai pelatih Lionel Messi dkk, merupakan strategi klub membangun ulang tim di berbagai sisi. Ini merupakan satu langkah strategis, ditengah seretnya kondisi keuangan klub, akibat imbas pandemi Corona.

Mengingat ini adalah periode transisi tim setelah terpuruk, akan sulit untuk mengharapkan Koeman bisa langsung mendatangkan banyak trofi di tahun pertamanya, kecuali jika sang juara Euro 1988 mampu mereplikasi jejak Pep dan Luis Enrique, di tahun pertamanya sebagai pelatih Barca.

Selamat bertugas, Meneer!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun