Satu hal lain yang juga jadi ciri khas Bielsa, adalah obsesinya pada detail, termasuk dalam hal persiapan. Pada musim 2018/2019 lalu, ini sempat jadi sorotan, saat kasus "Spygate" mencuat ke permukaan. Kala itu, staf kepercayaan Bielsa kedapatan memata-matai sesi latihan Derby County.
Di akhir musim, Leeds gagal promosi ke Liga Premier Inggris, setelah kalah di fase play-off. Kegagalan ini baru terbayar tahun berikutnya, sekaligus menandai akhir absensi 16 tahun Leeds United di kasta tertinggi.
Meski begitu, Bielsa tetap banyak diapresiasi, karena ia telah menjadi salah satu "trend setter" corak permainan sepak bola modern. Dimana, para pemain aktif bergerak menjelajahi setiap jengkal lapangan, untuk membuat permainan lawan tak berkembang.
Sederhananya, "pressing" ketat menjadi "playmaker" utama tim dalam sistem permainan Bielsa.
Sistem ini menjadi salah satu "warisan" Bielsa di Timnas Chile, selain pemain macam Alexis Sanchez dan Arturo Vidal. Inilah generasi yang kelak menjadi juara Copa America 2 kali (2015 dan 2016) dan menjadi finalis Piala Konfederasi (2017).
Selain Timnas Chile, apresiasi tinggi juga diberikan Newell's Old Boys kepada Bielsa. Sejak tahun 2009, nama Bielsa diabadikan sebagai nama stadion klub. Apresiasi ini diberikan, karena ia dinilai telah mewariskan filosofi bermain ideal buat klub.
Di dunia kepelatihan, Bielsa juga punya sejumlah "murid" yang menjadi pelatih handal, baik di level antarklub maupun antarnegara.
Di level antarklub, ada Mauricio Pochettino dan Diego Simeone, yang sama-sama menjadi finalis Liga Champions, masing-masing bersama Tottenham Hotspur dan Atletico Madrid.
Ada juga Marcelo Gallardo, yang menjadi otak kesuksesan River Plate beberapa tahun terakhir. Ketiganya adalah anak didik Bielsa saat melatih Timnas Argentina.
Di level antarnegara, Gerardo Martino dan Jorge Sampaoli menjadi murid Bielsa yang cukup sukses. Uniknya, mereka sama-sama pernah menjadi pelatih Timnas Argentina.
Martino (eks pelatih Barcelona, saat ini melatih Timnas Meksiko) sukses membawa Tim Sombrero juara Piala Emas 2019. Sebelumnya, Martino sukses mengantar Timnas Paraguay ke perempatfinal Piala Dunia 2010, dan final Copa America 2011. Final Copa America kembali dijejak Martino di tahun 2015 dan 2016 bersama Tim Tango, meski keduanya berakhir kekalahan adu penalti atas Chile.